Namun Liaoning lebih besar daripada Vikrant dari segi ukuran. Menurut Song, kemampuan tempur Liaoning melebihi INS Vikrant.
Song melihat India sebagai bagian penting dari kekuatan politik dan militer utama dunia sehingga tidak dapat dihindari negara itu akan menjadikan kapal induk sebagai bagian penting dari strategi pertahanannya.
Oleh karena itu, Song mengingatkan tekad dan ambisi India tidak boleh dipandang sebelah mata.
Dalam pengembangan kapal induk secara mandiri, dia mengakui China lebih unggul daripada India.
Baca Juga: Ini Keistimewaan Fujian, Kapal Induk Tercanggih China, Disebut Sekelas Kapal Induk Terbaru AS
"Untuk negara seperti India, yang belum pernah merancang kapal induk secara mandiri, Vikrant memberikan dasar-dasar teknis untuk Vishal, kapal induk bertenaga nuklir buatan sendiri yang telah direncanakan," kata Song.
Vikrant berbobot 45.000 ton dengan panjang 262 meter, dan mampu bergerak dengan kecepatan maksimum 28 knot.
Sementara Vikramaditya yang saat ini masih aktif digunakan Angkatan Laut India juga memiliki berat 45.000 ton dan dibeli dari Rusia pada 2004.
Dalam program pengembangan yang menggunakan 76 persen kandungan dalam negeri India itu, Vikrant telah menghabiskan biaya 3,13 miliar dolar AS atau sekitar Rp46,73 triliun, belum menghitung jet tempur dan kemampuan gempur lainnya, demikian dilaporkan media India.
Sementara itu, China sampai saat ini sudah mengoperasikan tiga kapal induknya yang juga dikembangkan secara mandiri, yakni Liaoning, Shandong, dan yang terbaru, Fujian.
"Proses pengembangan kapal induk India penuh liku, termasuk ketidakstabilan kebijakan. Hal ini menyebabkan perubahan dalam pemikiran desain, ketidakstabilan dalam pendanaan, dan kurangnya kontinuitas dalam proses manufaktur," kata Zhang Zhaozhong, pakar militer di Universitas Pertahanan Nasional China yang berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Rakyat.
Sumber : Kompas TV/Antara/Global Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.