Pada awal Juli, Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mendesak penduduk di wilayah yang dikuasai Rusia agar mengungsi dengan segala cara.
“Akan ada pertempuran besar. Saya tidak mau menakuti siapa pun. Bagaimanapun, semua orang sudah mengerti semuanya,” kata Vereshchuk.
Baca Juga: Intelijen Inggris Sebut Rusia akan Kehabisan Tenaga, Bakal Gagal karena Serangan Balik Ukraina
Di lain pihak, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa pihaknya akan memperluas pertempuran ke luar Donbass. Ia menyebut Moskow turut mengincar wilayah Kherson dan Zaporizhzhia di selatan.
Sementara itu, Alexander Senkevich, wali kota Mykolaiv, daerah yang menjadi benteng Ukraina di front selatan, menyebut serangan Rusia ke daerahnya meningkatkan urgensi serangan balik.
“Teori militer menyebut Anda perlu keunggulan tiga-banding-satu jika menyerang. Namun, mereka (Rusia) membangun fortifikasi termasuk tank blind untuk melindungi kendaraan lapis baja mereka. Mereka akan coba memperpanjang tiap pertempuran hingga musim dingin, sehingga mereka terlindungi dan pasukan kami akan berada di lapangan,” kata Senkevich.
“Akan tetapi, karena kota kami diserang hampir tiap hari, dan orang Ukraina terbunuh hampir tiap hari, kami perlu serangan balik,” lanjutnya.
Apabila serangan balik Ukraina diluncurkan dalam hitungan pekan atau bulan, Kherson diyakini akan menjadi target utamanya. Kherson diyakini menjadi salah satu target utama Kiev dalam kampanye merebut kembali teritori yang dikuasai Rusia.
Baca Juga: Ukraina Bakal Lakukan Serangan Balik di Kherson, Penduduk Diminta Melarikan Diri
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.