Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Ragam Senjata Kiriman Barat Bikin Ukraina Kesusahan, Terlalu Banyak Sistem dan Ruwet

Kompas.tv - 21 Juli 2022, 07:15 WIB
ragam-senjata-kiriman-barat-bikin-ukraina-kesusahan-terlalu-banyak-sistem-dan-ruwet
Ilustrasi. Unit peluncur roket HIMARS yang diproduksi Lockheed Martin digunakan dalam latihan Angkatan Bersenjata AS di Washington, 23 Mei 2011. (Sumber: Tony Overman/The Olympian via AP)
Penulis : Rofi Ali Majid | Editor : Desy Afrianti

KIEV, KOMPAS.TV - Ragam sistem senjata yang dipasok Barat ke Ukraina disebut memberikan "tantangan serius" bagi Kiev dalam menghadapi Rusia.

Hal itu dilaporkan Wall Street Journal yang mengutip lembaga think tank dari Inggris pada Rabu (20/7/2022). 

Analis menyebut pengiriman senjata secara bertahap dengan sistem yang berbeda-beda telah menciptakan "mimpi buruk logistik." 

Sistem artileri yang beragam memiliki jangkauan yang berbeda, muatan propelan, mekanisme pemuatan dan suku cadang serta persyaratan pemeliharaan yang berbeda pula.

Salah satu contoh yang dikutip adalah PzH 2000, di mana terdapat "persyaratan khusus untuk biaya pemuatan".


 

Selain itu, tentara Ukraina butuh waktu pelatihan 40 hari hanya untuk belajar mengoperasikan dan memelihara senjata-senjata yang telah mereka terima.

Baca Juga: Lavrov Sebut Perundingan Damai Tidak Masuk Akal Saat Ini, Perang Rusia-Ukraina Masih Panjang?

Pada awal konflik, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengirim rudal anti-pesawat Stinger portabel dan roket anti-tank Javelin, tetapi dengan cepat semuanya ludes. 

Berikutnya, pada April 2022, Gedung Putih mengumumkan pengiriman artileri berat pertama, Howitzer penarik M777, diikuti beberapa sistem peluncuran roket HIMARS pada paket bantuan selanjutnya Juni lalu.

Ukraina sejauh ini telah menerima senjata M777 dari AS, Australia dan Kanada, bersama sejumlah sistem self-propelled seperti M109 AS, Panzerhaubitze Jerman (PzH) 2000, Caesar Prancis dan Krab Polandia. 

Kendati secara teori semua senjata itu menggunakan proyektil yang sama berkaliber 155, pengoperasian masing-masing senjata tidak sesederhana itu.

"Tak satu pun dari sistem ini memiliki kesamaan sistem. Amunisi bisa ditukar antarsenjata, tapi bukan itu masalahnya," kata Jack Watling dari Royal United Services Institute (RUSI) yang berbasis di London.

"Pendekatan saat ini, di mana setiap negara menyumbangkan senjata sedikit demi sedikit, berubah menjadi mimpi buruk logistik bagi pasukan Ukraina," kata Walting.

Walting menyebut pengoperasian senjata membutuhkan pelatihan, pemeliharaan, dan jalur logistik yang terpisah dan semua itu merupakan masalah yang bisa menghambat Ukraina dalam menghadapi serangan Rusia.

Baca Juga: Kisah Remaja yang Bantu Ukraina Mengintai Tentara Rusia

 




Sumber : Wall Street Journal




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x