JAKARTA, KOMPAS.TV - Sri Lanka bangkrut. Kebangkrutan negara pulau ini dipicu oleh krisis ekonomi yang melanda dalam beberapa bulan terakhir.
Bangkrutnya Sri Lanka telah membuat sekolah dan layanan pemerintah non-esensial tutup sejak sebulan lalu.
Penutupan sekolah berbarengan dengan menipisnya persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) ketika saat Lembaga Donor (IMF) membuka pembicaraan dengan Kolombo tentang kemungkinan bailout.
Sri Lanka juga tidak dapat membeli BBM impor, bahkan dengan uang tunai, karena utang besar dari perusahaan minyaknya.
Sri Lanka saat ini menghadapi inflasi tertinggi dan pemadaman listrik berkepanjangan yang menyebabkan protes berbulan-bulan, bahkan disertai kekerasan yang meminta Presiden Gotabaya Rajapaksa mundur.
Baca Juga: Rumahnya Diserbu Demonstran, Presiden Sri Lanka Umumkan Bakal Mengundurkan Diri
Puncaknya, rakyat yang marah dan merangsek ke rumah sang presiden Gotabaya Rajapaksa dalam sepekan terakhir.
Di sana mereka melampiaskan kekesalannya dengan mengacak-acak rumah sang presiden. Rajapaksa pun dipaksa mundur. Tak ada pilihan lain, di tengah rakyat yang marah, dia sepakat meletakkan jabatannya pada Rabu 13 Juli mendatang.
Nandasena Gotabaya Rajapaksa adalah Presiden Sri Lanka ke 8 yang juga mantan tentara dan politikus. Sebelum menjadi presiden, lelaki kelahiran 20 Juni 1949 pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Pembangunan Kota Sri Lanka di bawah pemerintahan saudara kandungnya sendiri, Mahinda Rajapaksa.
"Meski saya berasal dari keluarga politikus, tapi saya sebenarnya tidak ingin menjadi politikus," katanya dalam catatan di situs resmi milik pemerintah Sri Lanka.
Rajapaksa selain besar dalam keluarga politikus juga menapaki karir militer yang cemerlang. Ketika negeri ini harus berjibaku melawan pemberontak Macan Tamil (LTEE) pada Juni 1987, Rajapaksa bergabung dalam operasi pembebasan Vadamarachchi sebagai komandan tempur.
Sebelumnya, Rajapaksa juga menjadi komandan dalam menumpas kaum marxis Sinhala, yang bangkit pada 1980-an.
Karier militernya dimulai sejak 1971 saat Rajapaksa masuk Akademi Militer Sri Lanka (SLMA). Selama 20 tahun dirinya menjalani profesi sebagai tentara. Ia bahkan menerima sejumlah penghargaan untuk kegagahannya.
Karier tertingginya setelah berhasil menumpas pemberontak Macan Tamil. Konflik ini berakhir pada 2009 setelah bertempur selama 25 tahun dengan korban jiwa mencapai 100.000 orang.
Namun, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut telah terjadi pelanggaran HAM di kedua belah pihak. Rajapaksa termasuk salah seorang yang dianggap bertanggung jawab atas pelanggaran HAM itu. Dia menolak tudingan tersebut. Bahkan, beberapa kali dia bersteru dengan pers.
Di awal memerintah pada 2019, Rajapaksa memiliki ambisi untuk Sri Lanka yang lebih baik, terutama menjadi stabilitas keamanan dan ekonomi yang maju pesat.
Baca Juga: PM Sri Lanka Wickremesinghe Mundur sementara Massa Mengacak-acak Kediaman Resmi Presiden
Dia meminta masyarakat mendukung setiap tindakan dan kebijakan yang diambil. Juga berterima kasih kepada rakyat yang ikut mendukung dan mempercayaianya. "Saya sangat yakin bahwa saya bisa menciptakan perdamaian, kesejahteraan dan keindahan Sri Lanka seperti yang kalian inginkan," katanya.
Namun gejolak sosial, pandemi, kenaikan harga yang tak bisa dibendung memaksa Rajapaksa meletakkan jabatannya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.