El-Molla mengatakan kesepakatan tersebut akan mengarah pada kerja sama lebih lanjut antara anggota Forum Gas Mediterania Timur, yang meliputi Yordania, Israel, Siprus, Yunani, Mesir, Otoritas Palestina, Prancis dan Italia.
Baca Juga: India Borong Gas Alam Rusia dengan Harga Diskon, Cuek dengan Sanksi Barat atas Energi dari Rusia
Pada tahun 1979, Mesir menjadi negara Arab pertama yang berdamai dengan Israel. Tetapi perjanjian ekonomi menjadi kontroversi di negara Arab berpenduduk terpadat di dunia itu, di mana dukungan rakyat untuk Palestina sangat tinggi. Hubungan antara kedua negara terus memanas dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut kesepakatan itu, gas Israel akan dibawa melalui pipa ke terminal LNG Mesir di Laut Mediterania sebelum diangkut dengan kapal tanker ke pantai Eropa, kata Kementerian Energi Israel.
Israel memiliki dua ladang gas operasional di lepas pantai Mediterania yang mengandung sekitar 690 miliar meter kubik gabungan gas alam. Saat ini, rig lepas pantai ketiga sedang dalam pengerjaan.
Israel juga telah menandatangani perjanjian ekspor gas dengan negara tetangga Mesir dan Yordania.
Fasilitas gas alam Mesir yang luas di Mediterania sebagian besar tidak aktif sejak pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan otokrat lama Hosni Mubarak.
Mesir, dengan penemuan besar baru-baru ini, mengekspor 8,9 miliar meter kubik gas alam pada 2021 dan 4,7 miliar meter kubik hingga Mei tahun ini, menurut Refinitiv Eikon, penyedia data keuangan dan pasar global. Sebagian besar ekspor, bagaimanapun, mengalir ke pasar Asia.
Baca Juga: Negara-negara Uni Eropa Tuduh Rusia Lakukan Pemerasan Menggunakan Suplai Gas Alam
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah el-Sissi merehabilitasi dan memodernisasi fasilitas. Pada tahun 2018, Mesir menandatangani kesepakatan senilai $15 miliar dengan perusahaan Israel Delek Drilling dan mitra AS, Noble Energy, untuk mengangkut gas alam ke Israel.
Mesir bertujuan untuk menciptakan pusat energi regional, sebuah tujuan yang menurut von der Leyen akan membantu tercapainya kesepakatan hari Rabu.
El-Sissi dan von der Leyen juga mengadakan pembicaraan yang berfokus pada krisis pangan yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Mesir, negara terpadat di kawasan itu, terkena dampak buruk perang di Eropa, yang mengguncang ekonomi global.
Pejabat Eropa mengatakan Uni Eropa akan menyediakan 100 juta euro "bantuan segera" untuk membantu Mesir, importir gandum terbesar di dunia, mengatasi kerawanan pangan dalam jangka pendek.
“Ini diharapkan akan membantu meningkatkan kapasitas penyimpanan biji-bijian dan akan menyediakan keuangan untuk bisnis pedesaan dan petani,” di Mesir, katanya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.