KAIRO, KOMPAS.TV - Bentrokan suku yang terjadi di kawasan Darfur, Sudan sepekan lalu menewaskan sedikitnya 125 orang. Jumlah korban tewas itu dikonfirmasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) per Selasa (14/6/2022).
Bentrokan etnis Arab dengan Afrika ini dipicu oleh sengketa lahan di daerah Kulbus, Provinsi Darfur Barat. Menurut laporan Associated Press, milisi Arab menyerang berbagai desa di daerah tersebut.
Darfur sendiri kerap diterpa kekerasan etnis sejak 2000-an. Insiden bentrok antarsuku ini juga terjadi ketika Sudan tengah dilanda krisis akibat kudeta militer pada Oktober 2021 lalu.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan bahwa korban tewas termasuk lebih dari 100 orang Gimir Afrika dan 25 orang Arab. Bentrokan juga disebut melukai 130 orang lain, kebanyakan berasal dari suku Gimir Afrika.
Baca Juga: Ratusan Orang Tewas dalam Bentrokan antara suku Arab dan Suku Non-Arab di Darfur Barat, Sudan
OCHA melaporkan, setidaknya 25 desa di Kulbus diserang, dijarah, dan dibakar. Kerusuhan ini meluas ke Provinsi Darfur Utara dan memaksa setidaknya 50.000 penduduk terusir dari rumahnya.
Konflik Darfur dimulai sejak 2003 lalu saat etnis Afrika memberontak karena menuduh pemerintah pusat di Khartoum yang didominasi etnis Arab diskriminatif.
Saat itu, Sudan masih dikuasai diktator Omar Al-Bashir yang menjadi kepala negara pada 1989-2019. Al-Bashir dituduh mempersenjatai suku nomadik Arab dan membentuk kelompok milisi yang dikenal sebagai janjaweed.
Al-Bashir membantah semua tuduhan tersebut. Sejak didongkel pada 2019, ia dipenjara di Khartoum.
Al-Bashir sendiri pernah didakwa oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas tuduhan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Darfur.
Baca Juga: Kisah Awer Mabil, Pengungsi dari Kecamuk Perang Sudan hingga Mengantar Australia ke Piala Dunia
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.