DUBAI, KOMPAS.TV — Badan Pengawas Nuklir PBB hari Kamis, (9/6/2022) mengungkapkan bahwa Iran berencana memasang dua sentrifugal canggih baru yang akan memungkinkan Teheran memperkaya lebih banyak uranium dengan cara lebih cepat, seperti dilaporkan Associated Press, Kamis, (9/6/2022).
Temuan PBB itu dipandang sebagai eskalasi terbaru dalam kebuntuan atas program nuklir Iran.
Keputusan untuk menambahkan dua sentrifugal IR-6 di fasilitas nuklir bawah tanah Natanz datang ketika negara-negara pada pertemuan Badan Energi Atom Internasional IAEA di Wina Rabu malam memilih untuk mengecam Iran.
Teguran itu berkaitan dengan apa yang disebut IAEA sebagai kegagalan Iran memberikan "informasi yang kredibel" atas bahan nuklir buatan manusia yang ditemukan di tiga situs yang tidak diumumkan di negara itu.
Tetapi bahkan sebelum pemungutan suara, Iran mematikan dua perangkat yang digunakan IAEA untuk memantau pengayaan di Natanz.
Pejabat Iran juga mengancam akan mengambil lebih banyak langkah di tengah krisis bertahun-tahun yang mengancam akan melebar menjadi serangan lebih lanjut.
Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi hari Kamis, (9/6/2022) mengatakan Iran memberi tahu IAEA mereka berencana memasang dua kaskade baru IR-6 di Natanz.
Baca Juga: Pendukung Putin Ancam Barat: Perang Dunia III dan Perang Nuklir Akan Tiba
Kaskade adalah serangkaian sentrifugal yang dihubungkan bersama untuk memutar gas uranium dengan cepat untuk memperkayanya.
Sebuah sentrifugal IR-6 memutar uranium 10 kali lebih cepat dari sentrifugal generasi pertama yang pernah dibatasi oleh Iran berdasarkan kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia.
Pada Februari menurut IAEA, Iran memutar kaskade IR-6 di fasilitas bawah tanahnya di Fordo.
Di Natanz, yang terletak sekitar 200 kilometer selatan ibu kota, Teheran, Iran sebelumnya mengatakan berencana memasang satu kaskade IR-6.
IAEA mengatakan pihaknya "memverifikasi" instalasi yang sedang berlangsung dari kaskade itu hari Senin, sementara dua kaskade baru yang dijanjikan belum beroperasi.
Iran dan kekuatan dunia pada 2015 menyetujui kesepakatan nuklir, yang membuat Teheran secara drastis membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.
Pada tahun 2018, Presiden Donald Trump secara sepihak menarik Amerika dari perjanjian itu, meningkatkan ketegangan di Timur Tengah yang lebih luas dan memicu serangkaian serangan dan insiden.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.