BYPOL merupakan pihak yang melakukan investigasi atas aksi polisi di Belarusia saat unjuk rasa melawan rezim Lukashenko pada 2020.
Baca Juga: Menteri Pertahanan Ukraina Optimistis, Perang Lawan Rusia Bakal Usai Akhir Tahun Ini
Ketika itu mereka menemukan polisi menggunakan senjata bergaya militer milik Rusia sebagai bukti penyiksaan terhadap para demonstran.
Azarau pun menegaskan dengan sabotase yang mereka lakukan di jalur kereta Belarusia yang mengarah ke Ukraina, ternyata menyulitkan pasukan Rusia.
“Kemacetan besar terjadi, kereta berjalan perlahan di Belarusia. Akibatnya, kereta Rusia yang membawa pasokan, peralatan, dan senjata tak bisa mencapai tujuan tepat waktu,” katanya.
“Tentara Rusia di dekat Kiev tak menerima amunisi tepat waktu. Pasukan Rusia pun sering meninggalkan mesin militernya dan memilih kembali ke Rusia,” tambah Azarau.
Kelompok Partisan Siber, yang merupakan sekelompok peretas yang ikut melawan Lukashenko, juga turut serta dalam serangan itu.
“Sejumlah partisan memutuskan ikut menyerang kereta api untuk memperlihatkan rakyat Belarusia tak setuju dengan fakta tentara Rusia bisa dengan mudah datang dari wilayah Belarusia,” kata perwakilan kelompok itu Yuliana Shemetovets.
“Juga untuk menunjukkan bahwa Lukashenko bukan rekan yang tepat untuk negara mana pun, tak hanya Eropa, tetapi juga Rusia, karena ia tak mampu mengamankan pergerakan barang dan kereta di wilayahnya,” lanjut Yuliana.
Partisan Siber juga turut membantu memberikan informasi kepada tentara Rusia, terkait data tentara Belarusia dan pergerakan perlengkapan Rusia di wilayah Belarusia.
Baca Juga: Seorang Akademisi di London Yakin Putin Terancam Kudeta Para Jenderal Rusia
Lukashenko sendiri menjadi Presiden Belarusia sejak 1994, dan berkuasa hingga saat ini.
Ia pun dijuluki diktator terakhir di Eropa.
Lukashenko mempertahankan pemerintahannya, setelah memenangi pemilihan umum 2020 yang dilaporkan sarat dengan kecurangan.
Hal itu yang kemudian menimbulkan demonstrasi besar di Belarusia pada 2020, yang ditanggapinya secara represif.
Sumber : ABC News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.