ANKARA, KOMPAS.TV - Tingkat inflasi tahunan di Turki mencapai rekor 74,5 persen pada Mei 2022 atau tertinggi sejak 1998. Data resmi tersebut dirilis oleh Institut Statistik Turki (TURKSTAT) pada Jumat (3/6/2022).
Sebagaimana diwartakan Associated Press, kalangan pengamat menyalahkan kebijakan ekonomi pemerintahan Recep Tayyip Erdogan atas meroketnya inflasi.
Kebijakan Erdogan dipandang memicu kenaikan harga-harga dan pelemahan mata uang lira Turki.
Erdogan sendiri bersikeras bahwa inflasi disebabkan oleh biaya peminjaman yang tinggi. Klaim Erdogan itu bertentangan dengan teori ekonomi arus utama.
Baca Juga: Legislator Finlandia Serukan Boikot Produk Turki, Ini Alasannya
Erdogan juga mendukung kebijakan pengurangan suku bunga untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan ekspor.
Bank sentral Turki sendiri telah memangkas suku bunga sebanyak 5 persen poin sejak September 2021 hingga 14 persen sebelum menangguhkan kebijakan ini pada Januari 2022.
Akibat sederet kebijakan ekonomi pemerintahan Erdogan, nilai tukar mata uang lira Turki terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berkurang 44 persen pada 2021 lalu.
Harga-harga kebutuhan pokok pun meroket. Indeks harga konsumen Turki menunjukkan kenaikan hampir 3 persen dari April 2022.
Di lain sisi, invasi Rusia ke Ukraina memperparah situasi di Turki yang bergantung pada barang-barang impor. Perang di Ukraina memicu kenaikan harga minyak, gas, dan gandum di pasar global.
Di Turki, kenaikan yang paling tajam terjadi di sektor transportasi, yakni sebanyak 107,6 persen. Inflasi parah juga tercata di sektor makanan dan minuman non-alkohol, yakni sebanyak 91,6 persen.
Baca Juga: Turki Resmi Minta PBB agar Negaranya Disebut Turkiye, Bukan Turkey seperti Ejaan Inggris
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.