NEW YORK, KOMPAS.TV — Hampir dua pertiga dari semua anak-anak di Ukraina telah meninggalkan rumah mereka dalam enam minggu terakhir, sejak dimulainya invasi Rusia. Selain itu, PBB pada Senin (11/4/2022), telah memverifikasi 142 kematian anak-anak, meskipun jumlah sebenarnya hampir dipastikan jauh lebih tinggi.
Manuel Fontaine, direktur program darurat UNICEF yang baru saja kembali dari Ukraina, mengatakan 4,8 juta dari 7,5 juta anak-anak Ukraina yang mengungsi dalam waktu yang singkat. Dia mengatakan peristiwa itu sangat luar biasa dan belum pernah dia lihat terjadi dalam 31 tahun bekerja di sektor kemanusiaan.
Baca Juga: Ukraina Tuduh Rusia Bawa Krematorium untuk Lenyapkan Mayat, Sebut 10.000 Sipil Tewas di Mariupol
“Mereka telah dipaksa untuk meninggalkan segalanya – rumah mereka, sekolah mereka dan, seringkali, anggota keluarga mereka,” katanya kepada Dewan Keamanan PBB.
“Saya telah mendengar cerita tentang langkah putus asa yang diambil orang tua untuk menyelamatkan anak-anak mereka, dan anak-anak sedih karena mereka tidak dapat kembali ke sekolah,” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Duta Besar Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsya, mengklaim Rusia telah membawa lebih dari 121.000 anak keluar dari Ukraina dan dilaporkan menyusun RUU untuk menyederhanakan dan mempercepat prosedur adopsi untuk anak yatim dan bahkan mereka yang memiliki orang tua dan kerabat lainnya.
Dia mengatakan sebagian besar anak-anak dipindahkan dari kota pelabuhan Mariupol selatan yang terkepung dan dibawa ke Donetsk timur dan kemudian ke kota Taganrog di Rusia.
Baca Juga: 24 Staf Kedubes Rusia Diusir Kroasia, Gegara Invasi ke Ukraina
Fontaine mengatakan UNICEF telah mendengar laporan yang sama, tetapi menambahkan bahwa mereka belum memiliki akses yang diperlukan untuk memverifikasi bantuan.
Dia mengatakan bahwa dari anak-anak pengungsi Ukraina, 2,8 juta mengungsi di Ukraina dan 2 juta lainnya berada di negara lain. Pada saat yang sama, katanya, hampir setengah dari perkiraan 3,2 juta anak-anak yang masih berada di rumah mereka di Ukraina berisiko mengalami kekurangan makanan.
Fontaine mengatakan penutupan sekolah mempengaruhi pendidikan 5,7 juta anak-anak dan 1,5 juta mahasiswa di perguruan tinggi.
Baca Juga: Slowakia Bantah Rudal S-300 Bantuannya untuk Ukraina Dihancurkan Rusia di Dnipro
“Ratusan sekolah dan fasilitas pendidikan telah diserang atau digunakan untuk tujuan militer,” katanya. “Yang lain berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi warga sipil.”
Sementara itu Direktur Eksekutif badan Wanita PBB Sima Bahous mengatakan organisasinya semakin banyak mendengar tuduhan pemerkosaan dan kekerasan seksual. Dia mengatakan pemerintah Moldova dan polisi perbatasan juga sangat prihatin dengan risiko perdagangan manusia, terutama wanita muda dan remaja.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.