NEW YORK, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia menggunakan pertemuan Dewan Keamanan PBB (DK PBB) pada Jumat (11/3/2022) untuk "berbohong dan menyebarkan disinformasi."
Hal itu dinilai sebagai bagian dari operasi tipu-tipu yang potensial digunakan untuk tabir oleh Moskow untuk menggunakan bahan kimia atau biologi di Ukraina.
Seperti dilansir Associated Press, Sabtu (12/3/2022), Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan, Rusia memainkan skenario yang diungkap di DK PBB bulan lalu oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Blinken mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan "melancarkan tuduhan tentang senjata kimia atau biologi untuk membenarkan serangan kekerasannya sendiri terhadap rakyat Ukraina."
"Niat di balik kebohongan ini tampak jelas, dan sangat meresahkan," katanya.
“Kami percaya Rusia dapat menggunakan agen kimia atau biologi untuk pembunuhan, sebagai bagian dari insiden yang palsu atau tipu-tipu, untuk mendukung operasi militer taktis.”
Rusia mengajukan usulan digelarnya pertemuan DK PBB untuk membahas tuduhannya tentang “kegiatan biologi” AS di Ukraina – tuduhan yang dibantah oleh Washington dan Kiev.
Duta Besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward menyebut tuduhan itu "tidak masuk akal" dan mengatakan "Rusia tenggelam ke palung yang baru hari ini, tetapi DK PBB tidak boleh terseret karenanya."
Kepala pelucutan senjata PBB Izumi Nakamitsu mengatakan kepada DK PBB, dia mengetahui dari laporan media tentang tuduhan program senjata biologi dan mengatakan, "PBB tidak mengetahui adanya program senjata biologi."
Thomas-Greenfield mengatakan, Ukraina tidak punya program senjata biologi atau laboratorium senjata biologi yang didukung oleh AS seperti yang diklaim Rusia.
Ukraina, kata dia, memiliki dan mengoperasikan fasilitas laboratorium kesehatan publiknya sendiri yang memungkinkan untuk mendeteksi dan mendiagnosis penyakit seperti Covid-19, dan telah dibantu AS agar dapat dilakukan "dengan aman."
Baca Juga: Makin Gawat, DK PBB Bersidang Bahas Laboratorium Biologi Ukraina yang Diduga Dikendalikan AS
Thomas-Greenfield mengatakan, sejak Rusia mulai membangun kekuatan di dekat perbatasan Ukraina, strategi Washington adalah melawan taktik Moskow dan membagikan apa yang diketahuinya kepada dunia.
“Kami tidak akan membiarkan Rusia lolos dengan berbohong kepada dunia atau menodai integritas Dewan Keamanan dengan menggunakannya sebagai tempat untuk melegitimasi kekerasan Putin,” kata Thomas-Greenfield.
“Kami tidak duduk di ruangan ini untuk menjadi penonton propaganda domestik Rusia,” tambahnya.
“Dan kita seharusnya tidak membiarkan Rusia menyalahgunakan kursi permanennya untuk menyebarkan disinformasi dan kebohongan serta menyimpangkan tujuan Dewan Keamanan.”
Kantor HAM PBB menerima “laporan yang dapat dipercaya” bahwa pasukan Rusia menggunakan munisi tandan di Ukraina, termasuk di daerah berpenduduk yang dilarang menurut hukum humaniter internasional, kata Wakil Sekretaris Jenderal Rosemary DiCarlo kepada Dewan Keamanan.
“Serangan tanpa pandang bulu, termasuk yang menggunakan munisi tandan, yang bersifat menyerang sasaran militer dan warga sipil atau objek sipil tanpa pembedaan, dilarang menurut hukum humaniter internasional,” kata DiCarlo.
“Mengarahkan serangan terhadap objek sipil dan warga sipil, serta apa yang disebut pemboman area di kota-kota dan desa-desa, juga dilarang menurut hukum internasional dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang.”
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menjawab bahwa tuduhan itu "dibantah berulang kali oleh Kementerian Pertahanan kami."
Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina Disebut Langgar Piagam PBB, Bagaimana dengan Invasi AS ke Irak pada 2003?
Permintaan Rusia untuk digelarnya pertemuan Dewan Keamanan yang dicuitkan Kamis (10/3/2022) oleh wakil pertama duta besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyansky, terjadi menyusul penolakan AS atas tuduhan Rusia bahwa Ukraina mengoperasikan laboratorium kimia dan biologi dengan dukungan AS.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, melancarkan tuduhan awal pekan ini, disambut dengan peringatan dari sekretaris pers Gedung Putih, Jen Psaki, yang menyebut Rusia mungkin akan menggunakan senjata kimia atau biologi melawan Ukraina dalam invasi mereka.
Psaki menyebut klaim Rusia “tidak masuk akal” dan mencuit “Ini semua adalah taktik yang jelas oleh Rusia untuk mencoba membenarkan serangan yang direncanakan, tidak beralasan, dan tidak dapat dibenarkan lebih lanjut terhadap Ukraina.”
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga membantah tuduhan Rusia. Seperti Psaki, dia mengatakan tuduhan itu sendiri adalah pertanda buruk.
“Itu sangat mengkhawatirkan saya, karena kami sering diyakinkan bahwa jika Anda ingin tahu rencana Rusia, caranya adalah dengan mengetahui apa yang Rusia tuduhkan kepada orang lain,” katanya, Kamis malam.
“Tidak ada bahan kimia atau senjata pemusnah massal lainnya yang dikembangkan di tanah saya. Seluruh dunia tahu ini.”
Olivia Dalton, juru bicara Misi AS untuk PBB, mengatakan “Rusia punya sejarah yang terdokumentasi dengan baik menggunakan senjata kimia, dan lama mempertahankan program senjata biologis yang melanggar hukum internasional” serta memiliki “rekam jejak penipuan menuduh Barat melakukan pelanggaran yang dilakukan oleh Rusia sendiri.”
Baca Juga: Jaringan Laboratorium Biologi Ukraina di Bawah Kendali Pentagon Diungkap Rusia, Lalu Saling Tuding
Kepala pelucutan senjata PBB, Izumi Nakamitsu, dan kepala politik PBB, Rosemary DiCarlo, juga dijadwalkan untuk memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan pada Jumat.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, pada Kamis menegaskan kembali Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bekerja dengan pemerintah Ukraina, “mengatakan mereka tidak mengetahui aktivitas apa pun dari pihak pemerintah Ukraina yang tidak konsisten dengan kewajiban perjanjian internasionalnya, termasuk senjata kimia atau senjata biologis.”
AS selama berbulan-bulan telah memperingatkan tentang operasi "bendera palsu" atau operasi tipu-tipu Rusia untuk membuat dalih melakukan invasi yang dimulai pada 24 Februari.
Peringatan Gedung Putih, dan pernyataan Dalton pada Kamis, menduga Rusia mungkin berusaha menciptakan kepura-puraan untuk lebih mengintensifkan konflik yang sudah berjalan dua minggu itu, di mana gerak ofensif Rusia melambat, namun tidak dapat dihentikan oleh Ukraina, yang ternyata lebih kuat dari perkiraan.
Sebagian masyarakat internasional selama bertahun-tahun menuding Rusia menggunakan senjata kimia dalam melakukan upaya pembunuhan terhadap lawan-lawan Presiden Vladimir Putin seperti Alexei Navalny, yang kini mendekam di penjara Rusia, dan mantan mata-mata Sergei Skripal, yang kini tinggal di Inggris.
Rusia juga mendukung pemerintah Suriah, yang dituding menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya dalam perang saudara 11 tahun.
Sumber : Kompas TV / Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.