WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat mengatakan, Korea Utara melakukan dua kali ujicoba sistem peluru kendali balistik antarbenua baru, seperti dilaporkan France24, Jumat, (11/3/2022). Seorang pejabat senior Amerika Serikat mengatakan, tindakan Pyongyang menandai "eskalasi serius" yang akan berujung pada sanksi baru.
Menurut Korea Utara, tes pada 26 Februari dan 4 Maret difokuskan pada pengembangan satelit pengintai, tetapi pejabat AS mengatakan analisis yang ketat menyimpulkan mereka sebenarnya adalah pendahulu eksperimental untuk kemungkinan peluncuran ICBM jarak penuh.
Peluncuran semacam itu akan menandai berakhirnya moratorium yang diberlakukan sendiri oleh Pyongyang sejak 2017 dan membuat ketegangan militer melonjak di semenanjung Korea dan sekitarnya.
Korea Utara melakukan tiga tes ICBM; yang terakhir pada bulan November 2017 dari sebuah Hwasong-15 -- dianggap cukup kuat untuk mencapai Washington dan seluruh benua Amerika Serikat.
Pejabat Amerika Serikat mengatakan dua tes baru-baru ini "melibatkan sistem rudal balistik antarbenua yang relatif baru" yang pertama kali dipamerkan Pyongyang pada parade militer pada Oktober 2020.
"Ini adalah eskalasi yang serius," kata pejabat itu, seraya menambahkan meskipun peluncuran tidak menunjukkan jangkauan atau kemampuan ICBM, mereka jelas dimaksudkan "untuk menguji elemen sistem baru ini sebelum (Korea Utara) melakukan peluncuran dalam jangkauan penuh."
Ketika tes penuh dilakukan, Korea Utara kemungkinan akan berusaha menyamarkannya sebagai "peluncuran luar angkasa," kata pejabat itu.
Baca Juga: Korea Utara Mengakui Baru Uji Coba Satelit Mata-Mata, Barat Duga Peluncuran Roket Antarbenua
Sebelum tes ICBM pada tahun 2017, Korea Utara melakukan serangkaian peluncuran roket kuat yang diklaim sebagai bagian dari program luar angkasa sipil yang lebih luas.
Sumber : Kompas TV / Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.