KABUL, KOMPAS.TV — Kepala Badan PBB untuk anak-anak UNICEF yang baru, (25/2/2022) mengatakan Taliban menunjukkan komitmen untuk mengizinkan gadis-gadis Afghanistan kembali bersekolah di seluruh negeri pada bulan depan.
Melansir Associated Press, hal ini untuk menjawab tuntutan utama yang ditetapkan oleh komunitas internasional
Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mengatakan masih harus dilihat apakah komitmen Taliban membuka kembali sekolah untuk anak perempuan dan kaum perempuan pada 21 Maret memiliki sejumlah persyaratan dan kondisi saat diterapkan di lapangan.
"Otoritas de-facto (Taliban) memberi kami indikasi bahwa itu adalah niat mereka, kami berharap itu terwujud, dan kami minta itu harus terjadi," kata Russell, yang ditunjuk awal bulan ini, dalam sebuah pernyataan eksklusif dengan wawancara dengan The Associated Press di ibu kota Kabul.
Meskipun tidak ada larangan resmi, anak perempuan kelas tujuh ke atas secara efektif dilarang pergi ke sekolah di sebagian besar negara itu sejak Taliban mengambil alih Afghanistan enam bulan lalu.
Akses ke pendidikan adalah tuntutan utama masyarakat internasional untuk melakukan kontak dengan Taliban, dan Taliban beralasan tertundanya anak perempuan kembali bersekolah karena kurangnya ruang yang memadai, terutama di kota-kota, untuk mengakomodasi sekolah terpisah antara anak laki-laki dan anak perempuan.
Berbagai sekolah di 10 provinsi Afghanistan terus berlanjut tanpa gangguan sejak pengambilalihan Taliban dan universitas swasta serta sekolah di ibu kota tetap melakukan kegiatan pendidikan.
Baca Juga: Taliban Afghanistan Serukan Rusia dan Ukraina Menahan Diri Agar Tidak Jatuh Korban Warga Sipil
Universitas khusus untuk wanita juga telah dimulai kembali di beberapa provinsi dimana Taliban menjanjikan semua universitas pada akhirnya akan kembali melakukan kegiatan pendidikan dalam beberapa minggu mendatang.
Terlepas dari jaminan bahwa sekolah akan dibuka kembali untuk semua anak perempuan, Russel mengatakan masih sedikit informasi tentang kemungkinan pembatasan atau perubahan kurikulum pendidikan.
" (Masih ada) sedikit pekerjaan yang sedang berlangsung," kata Russell.
Sebagaimana diketahui, Russell bertemu dengan pejabat Taliban minggu ini di Afghanistan dalam kunjungan pertamanya sebagai kepala UNICEF, membahas masalah mulai dari kesehatan anak dan hak untuk pendidikan, kata Russell, khususnya tentang makin parahnya ancaman kekurangan gizi akut dan akses ke pendidikan.
PBB, bersama dengan organisasi-organisasi internasional, menghadapi tantangan yang meningkat untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang berkembang di Afghanistan.
PBB memproyeksikan tahun ini lebih dari 1 juta anak membutuhkan perawatan untuk kekurangan gizi dan hingga 97 persen warga Afghanistan hidup di bawah garis kemiskinan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.