Kompas TV internasional kompas dunia

Soal Konflik Rusia-Ukraina, Indonesia Minta Para Pihak Tahan Diri

Kompas.tv - 14 Februari 2022, 06:59 WIB
soal-konflik-rusia-ukraina-indonesia-minta-para-pihak-tahan-diri
Ilustrasi. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi. Kemlu RI meminta semua pihak yang terlibat konflik Ukraina menahan diri dan mengedepankan jalur diplomasi. (Sumber: Kemlu.go.id)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Desy Afrianti

“Pembicaraan kedua Menlu pada tanggal 9 Februari 2022 bersifat tertutup, namun kiranya Menlu Retno Marsudi telah menyampaikan harapan Indonesia bagi adanya perdamaian di Eropa Timur,” kata Judha.

“Harapan Indonesia bagi keselamatan para WNI di kawasan tertentu adalah isu yang lazim disampaikan Ibu Menlu dalam komunikasinya dengan mitra menlu negara sahabat,” ujar nya.

Negosiasi belum capai titik terang

NATO dan AS meminta Rusia membubarkan konsentrasi sekitar 100.000 pasukan di perbatasan Ukraina. Sebaliknya, Kremlin meminta jaminan NATO tak akan menerima negara itu dan bekas Uni Soviet lain sebagai anggota.

Pemerintahan Putin juga meminta NATO menarik pasukan dan persenjataan dari kawasan Eropa Timur.

Baca Juga: Tidak Ada Rencana Ukraina Gabung NATO, tapi Kenapa Putin Bersikap Keras? Ini Sebabnya

NATO dan AS menolak tuntutan Putin tersebut. Sebagai gantinya, Kremlin pun enggan membubarkan pasukan, juga menggelar latihan perang besar-besaran bersama sekutunya, Belarusia.

Upaya masing-masing pihak untuk mencari resolusi damai sejauh ini belum membuahkan hasil berarti. Baik Rusia ataupun NATO sama-sama teguh dengan pendiriannya.

Di lain sisi, AS terus memperingatkan bahwa ancaman invasi Rusia ke Ukraina nyata dan bisa dilakukan dalam waktu dekat. Sejumlah pejabat AS bahkan menyebut Rusia bisa memulai agresi sebelum Olimpiade Beijing berakhir pada 20 Februari.

Pada 31 Januari 2022, rapat khusus di Dewan Keamanan PBB digelar untuk membahas situasi Ukraina. Namun, perwakilan AS dan Rusia justru saling tuding dalam pertemuan tersebut.

Utusan Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya menuduh Washington dan sekutunya memprovokasi dengan ancaman perang walaupun Moskow berulangkali membantahnya.

“Pembicaraan tentang ancaman perang itu provokatif. Kamu (AS) hampir memintanya sendiri. Kamu ingin itu terjadi,” kata Nebenzya dalam pertemuan itu sebagaimana dikutip Al Jazeera.

Kemudian, kunjungan pemimpin Prancis dan Inggris Raya ke Moskow juga urung membuahkan hasil berarti. Usai bertemu dengan Macron, Putin disebut belum bisa mencapai kesepakatan soal deeskalasi konflik.

“Dalam situasi sekarang ini, Moskow dan Paris belum bisa mencapai kesepakatan apa pun,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov pada 8 Februari lalu.

Sehari kemudian, pertemuan Menteri Luar Negeri Inggris Raya Elizabeth Truss dan Menlu Rusia Sergey Lavrov juga tak membuahkan hasil.

Lavrov bahkan mendeskiprsikan pertemuan itu sebagai “percakapan antara orang bisu dan orang tuli.”

Sejauh ini, Barat mengancam sanksi berat apabila Rusia nekat menyerang Ukraina. Di lain sisi, kekuatan militer NATO di Eropa Timur juga ditambah dengan pengerahan pasukan.

Pada Sabtu (12/2), Presiden AS Joe Biden kembali menekankan ancaman sanksi ketika berbicara dengan Putin melalui konferensi video.

Biden menyebut invasi Rusia ke Ukraina akan menyebabkan “penderitaan kemanusiaan yang luas”. Ia juga mengaku Barat berkomitmen menyelesaikan krisis melalui diplomasi, tetapi juga “sama siapnya untuk skenario lain.”

Baca Juga: Biden Ancam Tindakan Keras Bila Rusia Invasi Ukraina, Putin Minta NATO Tarik Rudal yang Disebar

 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x