PARIS, KOMPAS.TV - Terumbu karang yang menampung seperempat satwa laut dan mata pencaharian lebih dari setengah miliar orang di dunia, kemungkinan besar akan musnah, bahkan jika pembatasan kenaikan suhu bumi tercapai sesuai Paris Climate Goals, kata para peneliti, seperti dilansir Straits Times, Selasa (1/2/2022).
Peningkatan suhu 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri membuat lebih dari 99 persen terumbu karang dunia tidak dapat pulih dari peningkatan frekuensi arus gelombang panas laut, seperti laporan para peneliti dalam jurnal PLOS Climate.
Pada dua derajat pemanasan suhu bumi, kematian terumbu karang akan menjadi 100 persen menurut penelitian, yang pengukurannya menggunakan metode terbaru, yaitu model iklim generasi baru dengan resolusi satu kilometer persegi.
“Kenyataan yang nyata adalah tidak ada batas aman pemanasan global untuk terumbu karang,” penulis utama Adele Dixon, peneliti di Biologi Universitas Leeds, mengatakan kepada Agence France-Presse.
"(kenaikan suhu bumi) 1,5 derajat Celcius adalah pemanasan yang masih terlalu tinggi bagi ekosistem di garis depan perubahan iklim."
Perjanjian Paris 2015 memerintahkan hampir 200 negara untuk menjaga pemanasan global "jauh di bawah" 2 derajat C.
Dunia saat ini menyepakati perjanjian yang lebih ambisius dari batas 1,5 derajat Celcius, menyusul berbagai badai yang lebih mematikan, banjir, gelombang panas, dan kekeringan setelah hanya 1,1 derajat celsius pemanasan global hingga saat ini.
Sebuah laporan penting pada bulan Agustus oleh panel iklim IPCC PBB mengatakan suhu global bisa mencapai ambang batas 1,5 derajat Celcius segera setelah tahun 2030.
Pada tahun 2018, IPCC memperkirakan 70 hingga 90 persen terumbu karang akan hilang pada ambang batas 1,5 derajat C, dan 99 persen jika suhu naik setengah derajat lagi.
Temuan baru menunjukkan perkiraan suram itu sebenarnya terlalu optimis.
Baca Juga: Kerjasama Coral Triangle Center Dan Kompas Gramedia Group Untuk Pelestarian Terumbu Karang
Gelombang Panas Laut
"Pekerjaan kami menunjukkan terumbu karang di seluruh dunia menghadapi risiko perubahan iklim lebih besar daripada yang kami duga," kata Dixon.
Masalahnya adalah gelombang panas laut, dan waktu yang dibutuhkan karang hidup untuk pulih gelombang panas laut, yaitu periode penyembuhan yang dikenal sebagai "refugia termal".
Komunitas terumbu karang biasanya membutuhkan setidaknya 10 tahun untuk bangkit kembali, dan itu dengan asumsi "semua faktor lain optimal", seperti tidak ada polusi atau penangkapan ikan dengan bahan peledak," kata salah satu penulis laporan tersebut, Maria Berger, juga dari Universitas Leeds.
Tetapi meningkatnya suhu air laut mengurangi panjang thermal refugia di luar kemampuan terumbu karang untuk beradaptasi.
"Kami memproyeksikan lebih dari 99 persen terumbu karang akan terpapar kenaikan suhu 1,5 derajat celsius terhadap tekanan panas yang tidak dapat ditoleransi, dan 100 persen terumbu karang pada 2 derajat celsiun," kata Berger seperti dilaporkan Straits Times.
Great Barrier Reef Australia, sistem karang terbesar di dunia, mengalami lima peristiwa pemutihan massal terumbu karang dalam 25 tahun terakhir.
Sebuah studi yang tidak dipublikasikan, yang ditulis oleh para ahli di unit Pengawasan Terumbu Karang NOAA Amerika Serikat mengatakan, Great Barrier Reef berada dalam cengkeraman gelombang panas yang kembali memecahkan rekor pada bulan November dan Desember tahun lalu.
Lautan menyerap sekitar 93 persen kelebihan panas dari emisi gas rumah kaca, melindungi permukaan tanah tetapi menghasilkan gelombang panas laut yang besar dan tahan lama, yang mendorong banyak spesies karang melewati batas toleransi terhadap kenaikan suhu.
Satu peristiwa yang disebut pemutihan pada tahun 1998 yang disebabkan oleh air yang memanas memusnahkan delapan persen dari semua terumbu karang.
Terumbu karang hanya menutupi sebagian kecil - 0,2 persen - dari dasar laut, tetapi mereka adalah rumah bagi setidaknya seperempat dari semua hewan dan tumbuhan laut.
Selain mendukung ekosistem laut, terumbu karang juga menyediakan protein, pekerjaan, dan perlindungan dari badai dan erosi garis pantai bagi ratusan juta orang di seluruh dunia.
Nilai barang dan jasa dari terumbu karang sekitar US$2,7 triliun per tahun, termasuk US$36 miliar di bidang pariwisata, kata laporan itu.
Pemanasan global, dengan bantuan polusi, memusnahkan 14 persen terumbu karang dunia dari 2009 hingga 2018, meninggalkan bentangan kerangka terumbu yang memutih di mana ekosistem yang hidup pernah berkembang, penelitian terbaru.
Hilangnya terumbu karang selama periode itu bervariasi menurut wilayah, mulai dari lima persen di Asia Timur hingga 95 persen di Pasifik tropis timur.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.