LONDON, KOMPAS.TV - Penelitian ilmiah yang diterbitkan di Jurnal Lancet menyimpulkan dosis booster ketiga dari vaksin Covid-19 yang dibuat oleh AstraZeneca, Pfizer-BioNTech atau Johnson & Johnson meningkatkan kadar antibodi secara signifikan kepada mereka yang sebelumnya telah menerima dua dosis suntikan CoronaVac buatan Sinovac.
Studi tersebut menemukan CoronaVac mendapat dorongan terkuat dari vektor virus atau suntikan mRNA, termasuk terhadap varian virus corona Delta dan Omicron, kata para peneliti dari Brasil dan Universitas Oxford, seperti dilansir Straits Times, Selasa (25/1/2022).
Vaksin Sinovac yang berbasis di China menggunakan teknologi vaksin yang lebih tradisional di mana bentuk virus corona yang tidak aktif digunakan untuk memicu respons kekebalan, mirip dengan yang digunakan dalam vaksin untuk penyakit seperti polio.
Saat ini vaksin Covid-19 buatan Sinovac mendapat persetujuan di lebih dari 50 negara termasuk Brasil, Cina, Argentina, Afrika Selatan, Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Turki.
"Studi ini memberikan pilihan penting bagi pembuat kebijakan di banyak negara di mana vaksin tidak aktif ... telah digunakan," kata Andrew Pollard, direktur Oxford Vaccine Group dan pemimpin studi.
Namun, penelitian lain pada bulan Desember menemukan suntikan dua dosis Sinovac diikuti dengan dosis booster vaksin Pfizer-BioNTech menunjukkan respons imun yang lebih rendah terhadap varian Omicron dibandingkan dengan strain lain.
Baca Juga: Terbaru, Ini 4 Merek Vaksin Booster yang Bisa Digunakan Penerima Vaksin Sinovac
Vaksin vektor virus seperti yang dikembangkan oleh AstraZeneca-Oxford dan J&J menggunakan versi yang lebih lemah dari virus lain untuk mengirimkan instruksi genetik untuk membuat protein, dari virus, yang perlindungannya dicari.
Vaksin mRNA Pfizer dan BioNTech mengirimkan transkrip genetik dengan instruksi untuk membuat protein virus guna mengajari tubuh cara bertahan melawan infeksi.
Dosis ketiga CoronaVac juga meningkatkan antibodi, tetapi hasilnya lebih baik ketika vaksin yang berbeda digunakan, menurut penelitian terbaru yang melibatkan 1.240 sukarelawan dari kota Sao Paulo dan Salvador di Brasil.
Tingkat antibodi rendah sebelum dosis booster, dengan hanya 20,4 persen antibodi pada orang dewasa berusia 18-60 tahun dan antibodi 8,9 persen orang dewasa berusia di atas 60 tahun memiliki tingkat antibodi penetral yang terdeteksi.
Ini terlihat meningkat secara signifikan di setiap rejimen vaksin booster, menurut penelitian, yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet pada hari Jumat (21/1/2022).
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.