Sementara Presiden China mengumumkan rencana pengiriman tambahan 1 miliar dosis vaksin Covid-19 ke negara lain, termasuk sumbangan 600 juta dosis ke Afrika.
Di panel lain, CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan pembuat vaksin sedang mengerjakan booster tunggal untuk Covid-19 dan flu, dengan mengatakan vaksin itu bisa siap di beberapa negara tahun depan.
G20 dan negara-negara maju harus bekerja sama untuk menciptakan arsitektur kesehatan global yang lebih tangguh dan responsif menghadapi ancaman dan pandemi di masa depan, seperti diungkapkan Presiden Joko Widodo dari Indonesia dalam pidatonya di Agenda Davos 2022, seperti dilansir World Economic Forum, Kamis (20/1/2022).
Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Dana Moneter Internasional (IMF) harus ditugaskan memobilisasi sumber daya untuk merevitalisasi arsitektur kesehatan global, yang harus mencakup dana darurat global untuk pasokan medis, pembangunan kapasitas di negara-negara berkembang untuk memproduksi vaksin, serta pembuatan protokol dan standar kesehatan global.
“Biayanya akan jauh lebih rendah daripada kerugian yang kita alami karena kerentanan sistem (kesehatan dunia) selama pandemi,” katanya.
Dalam diskusi dengan Klaus Schwab, Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia, Jokowi menyoroti bahwa G20 bisa memainkan peran penting dalam memobilisasi pengembangan arsitektur kesehatan global. “Saya percaya negara-negara maju tidak akan keberatan dengan mendukung inisiatif semacam itu.”
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Sebut Roda Ekonomi Dunia Bisa Naik 26 Persen bila Capai Kesetaraan Gender
EKONOMI GLOBAL
Masalah ekonomi utama adalah kenaikan harga konsumen dan kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve Amerika Serikat tahun ini, akan memiliki efek riak di seluruh dunia karena peran yang dimainkan oleh dolar AS.
Banyak negara termiskin menghadapi masalah utang karena pemulihan ekonomi mereka tertinggal dari negara maju. Dalam diskusi panel hari Jumat, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva mengingatkan, bahwa langkah The Fed dapat memperkuat dolar, sehingga membuat utang lebih besar dalam mata uang lokal.
Dalam pidato terpisah, Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan, bantuan pandemi dan rencana infrastruktur pemerintah Biden telah mendorong pertumbuhan ekonomi.
Yellen menggarisbawahi perlunya pajak minimum perusahaan global yang didukung lebih dari 130 negara pada saat beban pajak bergeser ke pekerja kelas menengah.
Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde dalam kesempatannya mengatakan, 19 negara yang menggunakan euro berada pada tahap pemulihan yang berbeda dari Amerika Serikat. Dia mengungkapkan, faktor sementara seperti biaya energi yang tinggi dapat memicu inflasi di Eropa.
Selama panel ekonomi, dia mengatakan bank sedang mencoba untuk mencari tahu berapa lama itu akan bertahan dan mereka akan bertindak untuk melawan inflasi yang tinggi, termasuk melalui kenaikan suku bunga, setelah kriteria tertentu terpenuhi.
Bank Sentral Eropa berencana menghentikan upayanya untuk meningkatkan ekonomi yang dilanda pandemi pada bulan Maret.
Dibandingkan dengan Amerika Serikat, Eropa kekurangan "permintaan berlebihan" menyusul lockdown besar-besaran yang akan mendorong kenaikan harga dalam jangka panjang, katanya.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Diprediksi Melesat Tahun Ini Dipicu Lonjakan Ekspor Mineral Olahan dan Perkebunan
POIN PEMBICARAAN CHINA
Sambil mendesak dunia untuk berbagi vaksin, memerangi perubahan iklim dan mempromosikan pembangunan, Xi juga mengecam Amerika Serikat dalam pidato yang disiarkan dalam rekaman video.
“Kita perlu membuang mentalitas Perang Dingin dan mencari koeksistensi damai dan hasil yang saling menguntungkan,” kata Xi melalui seorang penerjemah. “Proteksionisme dan unilateralisme tidak dapat melindungi siapa pun. ... Lebih buruk lagi adalah praktik hegemoni dan intimidasi, yang bertentangan dengan arus sejarah.”
Sebutan mentalitas Perang Dingin adalah istilah yang digunakan Beijing untuk menggambarkan kebijakan dan tindakan Amerika Serikat di tengah ketegangan atas Taiwan, hak asasi manusia, dan masalah lainnya.
Pidato Presiden Xi menyentuh tema-tema standar, termasuk menanggapi keluhan mitra dagang dengan berjanji untuk membuka ekonomi China yang didominasi negara menjadi makin condong ke persaingan swasta dan asing.
Dia juga mengatakan China siap untuk bekerja dengan negara-negara lain tentang perubahan iklim, tetapi tidak mengumumkan inisiatif baru dan tidak menawarkan sumber daya baru. Dia mengatakan terserah kepada negara-negara maju untuk menyediakan uang dan teknologi.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.