Baca Juga: China Bantah Tuduhan Inggris Miliki Mata-Mata di Parlemen: Mereka Terobsesi James Bond 007
Menurutnya, harga gas bisa naik ke level 2.000 poundsterling atau setara Rp39 juta (kurs Rp 19.500). O'Shea memperkirakan, kenaikan harga bisa terjadi selama dua tahun ke depan.
"Pasar menunjukkan harga gas yang tinggi akan berada di sini selama 18 bulan hingga dua tahun ke depan," ujarnya.
Ia pun menyatakan sejumlah langkah yang bisa dilakukan pemerintah negara-negara untuk membantu masyarakat, saat harga gas meroket.
Pertama, berikan diskon pajak energi sebesar 5 persen untuk sementara atau permanen. Kedua, jangan menggunakan utang untuk mendanai transisi energi hijau. Tapi lebih baik gunakan pungutan perpajakan umum.
Baca Juga: Pesta Miras saat Pangeran Phillip akan Dimakamkan, Pemerintah Inggris Minta Maaf ke Ratu Elizabeth
Ketiga, berikan dukungan kepada perusahaan energi melalui pinjaman, yang dapat dipinjam oleh perusahaan ketika harga gas tinggi dan membayar kembali setelah jatuh.
"Tiga hal itu bersama-sama, bisa diberlakukan dengan sangat cepat, tanpa penyesalan. Dan itu akan mengatasi setengah dari kenaikan harga. Dan kemudian Anda bisa mendapatkan bantuan lebih lanjut yang ditargetkan untuk rumah tangga yang paling membutuhkan," kata O'Shea.
Bukan hanya harga gas yang masih tinggi, harga minyak juga sedang naik. Naiknya harga minyak disebabkan terbatasnya jumlah pasokan dan ekspektasi meningkatnya permintaan minyak global. Meskipun kasus Covid-19 kembali melonjak akibat varian Omicron.
Di sisi permintaan, Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell mengatakan pada Selasa (11/1/2022) bahwa ia memperkirakan dampak ekonomi Omicron akan berumur pendek, menambahkan bahwa kuartal berikutnya bisa sangat positif bagi perekonomian setelah lonjakan yang didorong oleh varian itu mereda.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.