JENEWA, KOMPAS.TV - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan Covid-19 varian Omicron tampaknya tidak hasilkan penyakit yang lebih parah dibanding Delta namun varian Omicron tidak boleh dikategorikan sebagai "ringan".
Berbicara pada konferensi pers di markas WHO di Jenewa, Swiss, Kamis (6/1/2022), Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengulangi seruannya untuk kesetaraan yang lebih besar secara global dalam distribusi dan akses ke vaksin Covid-19.
Berdasarkan tingkat peluncuran vaksin saat ini, 109 negara tidak akan mencapai target WHO agar 70 persen populasi dunia mendapat suntikan vaksin Covid-19 pada Juli 2022, tambah Tedros, di mana target tersebut dianggap penting untuk membantu mengakhiri fase akut pandemi.
Varian lain, berlabel IHU dan pertama kali didaftarkan pada September 2021, termasuk di antara yang dipantau oleh WHO tetapi tidak beredar luas, kata pemimpin teknis WHO untuk Covid-19, Maria van Kerkhove, seperti dilansir Straits Times, Jumat (7/1/2022).
Baca Juga: Tahun Baru, WHO Optimistis Bisa Kalahkan Covid-19 di 2022
Ada dua kategori lain yang lebih penting yang digunakan WHO untuk melacak varian, yaitu "varian yang menjadi perhatian", yang mencakup Delta dan Omicron, dan "varian yang diminati".
Berbicara pada saat yang sama dari Jenewa, penasihat WHO Bruce Aylward mengatakan 36 negara belum capai 10 persen cakupan vaksinasi,
Di antara pasien parah Covid-19 di seluruh dunia, 80 persen tidak divaksinasi, tambahnya.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.