LONDON, KOMPAS.TV - Inggris mulai membangun rumah sakit sementara untuk membantu mengatasi lonjakan gila-gilaan kasus baru Covid-19, ketika Perdana Menteri Boris Johnson pada Jumat (31/12/2021) mengeluarkan peringatan keras kepada mereka yang tidak sepenuhnya divaksinasi.
"Pusat lonjakan" baru itu akan menangani potensi kelebihan pasien rawat inap karena lonjakan terbaru kasus Covid-19 menempatkan sistem layanan kesehatan negara pada "situasi perang," kata para pejabat kesehatan Inggris seperti dilansir Straits Times, Jumat, (31/12/2021)
Dipicu varian Omicron, kasus Covid-19 harian Inggris melonjak gila-gilaan, mencapai lebih dari 189.000 kasus infeksi harian pada hari Kamis, (30/12/2021)
Sambil menekankan keberhasilan peluncuran booster atau suntikan penguat vaksin Covid-19, PM Johnson mengatakan dia ingin "berbicara langsung dengan semua orang yang belum divaksinasi sepenuhnya. Orang-orang yang berpikir penyakit itu tidak dapat menyakiti mereka".
"Lihatlah orang-orang yang pergi ke rumah sakit sekarang, itu bisa jadi kamu. Lihatlah unit perawatan intensif dan penderitaan yang menyedihkan dan tidak perlu, dari mereka yang tidak mendapatkan booster, itu bisa jadi kamu," kata PM Johnson.
Baca Juga: Arab Saudi Ketatkan Prosedur Kesehatan di Masjidil Haram, Antisipasi Varian Omicron
Layanan Kesehatan Nasional NHS mengatakan akan menyediakan tempat tidur tambahan dalam struktur di halaman delapan rumah sakit di London, Bristol dan Leeds mulai minggu ini, masing-masing dirancang untuk menampung sekitar 100 pasien tambahan.
Di luar Rumah Sakit St George di Tooting di London selatan, para pekerja memasang kerangka logam untuk menopang atap unit baru pada hari Kamis, (30/12/2021)
“Mengingat tingginya tingkat infeksi Covid-19 dan meningkatnya penerimaan (pasien di) rumah sakit, NHS sekarang berada dalam posisi perang,” kata Direktur Medis Nasional Stephen Powis.
Dia menambahkan dirinya berharap "kita tidak pernah harus menggunakan hub baru ini".
Tempat tidur tambahan dirancang untuk pasien yang baru pulih dari penyakit, termasuk mereka yang tidak lagi memiliki Covid-19. Hal itu untuk memberi ruang bagi staf di rumah sakit untuk merawat pasien yang masih positif Covid-19.
Inggris menjadi salah satu negara yang paling terpukul di Eropa dengan jumlah kematian lebih dari 148.000.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.