NEW YORK, KOMPAS.TV - Kasus gagal bayar raksasa properti China, Evergrande, kembali menjadi sentimen negatif harga minyak dunia. Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari turun 1,9 persen menjadi 74,42 dollar AS per barel dari posisi sebelumnya 76,70 dollar AS per barel.
Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari anjlok 2 persen menjadi 70,94 dollar AS per barel dari harga tertinggi sebelumnya, yaitu 73,34 dollar AS per barel.
Sebelumnya, lembaga pemeringkat utang Fitch Rating menurunkan peringkat China Evergrande Group dan Kaisa Group ke status 'restricted default', karena gagal membayar obligasi mereka terhadap investor asing. Kaisa Group mengajukan restrukturisasi utang luar negeri hingga 12 miliar dollar AS.
Baca Juga: Wuih, Indonesia Jadi Eksportir Mi Instan Terbesar ke-4 di Dunia!
Kabar itulah yang meningkatkan kekhawatiran pasar terkait pertumbuhan ekonomi China.
"Yang pada akhirnya dapat mempengaruhi minat pembelian minyak dari pelanggan minyak mentah terbesar dunia," kata Analis Rystad Energy Louise Dickson, dikutip dari Antara, Jumat (10/12/2021).
Merebaknya varian Omicron dan tingginya kasus Covid-19 di Eropa juga masih menjadi sentimen negatif terhadap perdagangan minyak.
Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson memberlakukan pembatasan yang lebih ketat dan meminta masyarakat bekerja dari rumah. Ia juga meminta masyarakat kembali memakai masker di tempat umum dan menunjukkan sertifikat vaksin covid-19 untuk menghadiri acara dan mengunjungi tempat-tempat tertentu.
Baca Juga: Medsos Buatan Donald Trump, Truth Social, Disuntik Investor Rp17,8 T
Begitu juga dengan Denmark yang merencanakan pengetatan pembatasan, termasuk menutup bar, restoran, dan sekolah. Sedangkan Korea Selatan kembali mencatat rekor infeksi covid-19 setelah kasus positif berhasil ditekan selama beberapa waktu.
Selanjutnya, Singapura dan Australia mencatat peningkatan kasus baru-baru ini.
Sentimen varian Omicron telah memicu penurunan harga minyak Brent hingga 16 persen pada periode 25 November hingga 1 Desember 2021. Memang, lebih dari separuh penurunan itu berhasil ditutup pada pekan ini, namun analis mengingatkan pemulihan harga lebih lanjut bisa terjadi sampai ada kejelasan dari dampak varian Omicron.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.