China memang terus mengklaim bahwa Taiwan masuk ke dalam teritorinya, sementara negara kepulauan itu menegaskan mereka negara merdeka dan berdaulat.
Austin menyadari bahwa China adalah satu-satunya kekuatan yang sekarang mampu menyaingi AS.
Hal itu terkait penggunaan kekuatan ekonomi, diplomatik, militer dan teknologi untuk menghadapi tantangan berkelanjutan terhadap sistem internasional yang stabil dan terbuka.
Ia juga menegaskan bahwa China memiliki kepentingan dan nilai yang berbeda dengan AS.
Austin mengungkapkan bahwa pemimpin China terus meningkatkan suara mereka terkait ketidakpuasan dengan tatanan yang berlaku.
Selain itu, juga terkait dengan tujuan mereka menggusur AS dari peran kepemimpinan global.
Baca Juga: Paus Fransiskus Diteriaki Sesat saat Kunjungan ke Athena, Pelaku Ditangkap Polisi
“Namun, kami tak menginginkan konfrontasi atau konflik. Kami tak menginginkan perang dingin baru, atau dunia yang terbagi dalam blok yang kaku,” tambahnya.
Dalam menghadapi tantangan China, Austin mengatakan AS akan memperdalam hubungan dengan negara-negara sahabat di kawasan itu, termasuk lewat latihan bersama.
“Kami tetap teguh pada kebijakan Satu-China kami,” ujar pensiunan jenderal bintang empat tersebut.
“Tetapi kami juga berkomitmen pada Undang-Undang Hubungan Taiwan untuk mendukung kemampuan Taiwan mempertahankan diri sambil mempertahankan kapasitas kami untuk melawan segala upaya kekerasan yang membahayakan rakyat Taiwan,” lanjutnya.
Sumber : Strait Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.