WASHINGTON, KOMPAS.TV - Kondisi keuangan Taliban semakin terdesak setelah Amerika Serikat (AS) menolak mencairkan aset Afghanistan yang dibekukan.
AS menegaskan jika ingin aset Afghanistan dicairkan, pemerintahan baru di Kabul harus mendapatkan legitimasi lebih dulu.
Sebelumnya, pada Rabu (17/11/2021), Taliban telah mengirimkan surat terbuka kepada Kongres AS untuk membebaskan aset Afghanistan yang dibekukan.
Aset-aset tersebut dibekukan AS, setelah Taliban merebut kembali Afghanistan pada Agustus lalu.
Baca Juga: Taliban Dinilai Tak Mampu Halangi Munculnya ISIS, PBB: Kian Cepat Menyebar ke Seluruh Afghanistan
Washington menyita sekitar 9,5 miliar dolar AS atau setara Rp135 triliun aset yang dimiliki bank sentral Afghanistan.
Hal itu membuat ekonomi Afghanistan yang berpaku pada dana bantuan menjadi runtuh.
Para pegawai negeri sudah tak dibayar selama berbulan-bulan, dan Kementerian Keuangan tak mampu membayar barang impor.
Perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan, Thomas West, mencuitkan mengenai penolakan itu melalui pernyataan di Twitter.
Ia mengatakan bahwa Washington telah jelas menegaskan jika Taliban mengambilalih kekuasaan dengan kekuatan militer ketimbang negosiasi dengan pemerintahan yang didukung AS, maka dana bantuan akan diputus.
“Itulah yang terjadi,” kata West dikutip dari Times of India.
“Legitimasi dan dukungan harus didapat melalui tindakan untuk mengatasi terorisme, membangun pemerintahan yang inklusif dan rasa hormat terhadap hak minoritas, perempuian dan para gadis, termasuk akses yang sama untuk pendidikan dan pekerjaan,” tambahnya.
Baca Juga: China Tak akan Toleransi Kemerdekaan Taiwan, Siap Ambil Langkah Tegas
West juga mengatakan Afghanistan telah berada diambang krisis ekonomi dan juga masalah kemanusiaan sebelum Taliban mengambil alih.
Kondisi itu disebabkan oleh perang yang terjadi bertahun-tahun dan juga pandemi Covid-19.
“AS akan melanjutkan mendukung masyarakat Afghanistan dengan bantuan kemanusiaan,” katanya.
Ia mengatakan bantuan sebesar 474 juta dolar AS atau setara Rp6,7 triliun telah diluncurkan untuk membantu warga Afghanistan tahun ini.
Sumber : Times of India
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.