Jong-un menolak pernyataan Washington dan menegaskan mereka tidak memiliki niat bermusuhan.
Peluncuran rudal itu terjadi saat utusan khusus AS mendesak dibukanya kembali dialog dan perundingan dengan Pyongyang.
"Kami akan mengupayakan diplomasi dengan DPRK untuk membuat kemajuan nyata yang meningkatkan keamanan Amerika Serikat dan sekutu kami," kata Sung Kim, utusan khusus AS untuk Korea Utara, setelah pembicaraan dengan mitranya dari Korea Selatan di Washington.
"Kami tidak memiliki niat bermusuhan terhadap DPRK (Korea Utara) dan kami berharap dapat bertemu dengan mereka tanpa syarat," kata Kim kepada wartawan.
Namun dia menambahkan sekutu memiliki "tanggung jawab untuk menerapkan resolusi Dewan Keamanan PBB", mengacu pada sanksi yang ingin dicabut oleh Korea Utara.
Baca Juga: Pengakuan Pejabat Intelijen Korea Utara, Ungkap Sosok Kim Jong-un dan Perintahkan Bunuh Pembelot
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mendesak diadakannya deklarasi resmi bahwa Perang Korea telah berakhir sebelum masa jabatannya berakhir tahun depan.
Pada Perang Korea, permusuhan berhenti pada tahun 1953 karena gencatan senjata dan bukan perjanjian damai.
Kim bertemu tiga kali dengan mantan presiden AS Donald Trump, yang membual akan menghentikan perang tetapi gagal mencapai kesepakatan komprehensif untuk mengakhiri program nuklir Korea Utara.
Proses pembicaraan sebagian besar terhenti sejak pertemuan kedua di Hanoi pada tahun berikutnya gagal karena tidak ketemunya kata sepakat tentang keringanan sanksi dan apa yang bersedia diserahkan Pyongyang sebagai imbalannya.
Pemerintahan Biden mengatakan pihaknya bersedia bertemu dengan pejabat Korea Utara kapan saja atau di mana saja, tanpa prasyarat, dalam upayanya untuk mengupayakan denuklirisasi.
Pyongyang berada di bawah beberapa sanksi internasional atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya yang dilarang, yang katanya perlu untuk melindungi diri dari invasi Amerika Serikat.
Pada 2017, Korea Utara menguji coba peluru kendali yang dapat menjangkau seluruh benua Amerika dan melakukan ledakan nuklir paling kuat hingga saat ini.
Sumber : Kompas TV/France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.