Penarikan duta besar Prancis dari AS dan Australia, sekutu utama Prancis, belum pernah terjadi sebelumnya.
Prancis tidak berusaha untuk menyembunyikan kemarahannya. Pada Kamis (16/9/2021), Paris menuduh Canberra menikam dari belakang dan Washington atas kelakuan yang persis seperti era Donald Trump atas kesepakatan kapal selam mereka.
"Ini benar-benar menusuk dari belakang," kata Le Drian pada Kamis. “Kami telah menjalin hubungan kepercayaan dengan Australia, (tapi) kepercayaan ini telah dikhianati.”
Prancis juga telah membatalkan gala di rumah duta besarnya di Washington yang dijadwalkan pada hari Jumat.
Acara itu seharusnya merayakan ulang tahun pertempuran laut yang menentukan dalam Revolusi Amerika, di mana Prancis memainkan peran kunci.
Baca Juga: Macron Luncurkan Kereta Super Cepat Terbaru Prancis, Lebih Ramah Lingkungan, Mulai Beroperasi 2024
Australia sebelumnya mengabaikan kemarahan China atas keputusannya untuk mengakuisisi kapal selam bertenaga nuklir AS, sambil bersumpah untuk membela aturan hukum di wilayah udara dan perairan di mana Beijing telah mempertaruhkan klaim yang diperebutkan.
Beijing menggambarkan aliansi baru itu sebagai ancaman "sangat tidak bertanggung jawab" terhadap stabilitas regional. China mempertanyakan komitmen Australia terhadap non-proliferasi nuklir dan memperingatkan sekutu Barat Australia, mereka berisiko "menembak kaki mereka sendiri".
China memiliki “program pembangunan kapal selam nuklir yang sangat substantif”, kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada hari Jumat dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio 2GB.
Dia menolak kritik Prancis bahwa mereka belum diperingatkan tentang kesepakatan baru. Morrison juga mengatakan, dia telah mengangkat kemungkinan dalam pembicaraan dengan Presiden Prancis bahwa Australia mungkin membatalkan kesepakatan Naval Group.
Morrison bersikeras dia telah memberi tahu Macron pada Juni lalu bahwa Australia telah merevisi pemikirannya.
“Saya membuatnya sangat jelas, kami makan malam panjang di Paris, tentang kekhawatiran kami yang sangat signifikan tentang kemampuan kapal selam konvensional untuk menghadapi lingkungan strategis baru yang kami hadapi,” katanya kepada 5aa Radio.
“Saya menjelaskan dengan sangat jelas, ini adalah masalah yang perlu diambil Australia untuk kepentingan nasional kita.”
China mengklaim hampir semua wilayah Laut China Selatan yang kaya sumber daya, yang dilalui perdagangan senilai triliunan dolar AS setiap tahun. China menolak klaim tumpang tindih dari Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
Beijing dituduh menyebarkan berbagai perangkat keras militer termasuk rudal anti-kapal dan rudal permukaan-ke-udara di sana. Beijing juga mengabaikan keputusan pengadilan internasional 2016 yang menyatakan klaim historisnya atas sebagian besar perairan itu sebagai tidak berdasar.
Sumber : The Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.