Uji coba tersebut memperlihatkan kelanjutan dari ekspansi program senjata Korea Utara, setelah pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) untuk melucuti program nuklir mereka terhenti pada 2019.
Baca Juga: Waduh, 13 Gorila Positif Covid-19 di Kebun Binatang Atlanta, Diyakini Tertular dari Penjaganya
PBB sendiri telah memberikan sanksi kepada Korea Utara terkait menggunakan teknologi rudal balistik.
Namun larangan tersebut tidak untuk rudal jelajah, yang terbang pada ketinggian lebih rendah dan jarak yang pendek.
Pengamat Leif-Eric Easley, Profesor Studi Internasional di Universitas Perempuan Ewha, menilai uji coba tersebut provokatif.
Ia mengatakan hal itu sebagai implikasi Pyongyang berencana membuat miniatur kepala nuklir agar bisa sesuai dengan rudal.
“Jika itu masalahnya, maka uji coba ini pantas mendapatkan usaha dari internasional untuk memperkuat sanksi,” katanya.
Baca Juga: Korut Tembak Rudal Balistik Jarak Jauh, Mampu Hantam Sasaran hingga 1.500 Km
Seperti diungkapkan KCNA, rudal tersebut merupakan senjata strategis yang telah dikembangkan dua tahun terakhir.
Senjata itu juga menjadi elemen kunci pada rencana lima tahun yang digaungkan pada Januari lalu untuk meningkatkan ilmu pengetahuan pertahanan dan senjata.
“Rincian tes pada bagian dari rudal, skor dari dari dorongan dasar mesin, berbagai tes penerbangan, tes kontrol dan bimibiangan dan tes kekuatan hulu ledak dan sebagainya dilakukan dengan sukses,” ungkap KCNA.
Pengumuman uji coba rudal itu juga hanya beberapa hari sebelum kepala negosiator nuklir dari AS, Korea Selatan dan Jepang bertemu di Tokyo untuk mencari cara memecahkan kebuntuan dengan Korea Utara.
Sumber : Al-Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.