BANDA ACEH, KOMPAS.TV - Media internasional ramai memberitakan nasib harimau sumatra yang ditemukan tewas di Taman Nasional Ekosistem Leuser.
Harimau sumatra yang terdiri dari satu induk dan dua ekor anak itu diduga dibunuh, karena ditemukan tewas dalam keadaan terperangkap tali.
Kantor berita internasional seperti Associated Press, dan media-media dunia seperti Bloomberg, ABC News, Xinhua, Mongabay, dan Berliner Zeitung ramai memberitakan kematian induk dan dua anak harimau sumatra di Aceh Selatan itu.
Sementara media sosial berbahasa asing ramai dengan keprihatinan atas pembunuhan satwa yang sangat terancam punah tersebut.
Media internasional mengutip tiga harimau sumatra itu mati karena luka-luka dan infeksi dari perangkap tali yang dipasang oleh pemburu liar, kata pihak berwenang, Jumat.
Harimau sumatra masuk dalam klasifikasi Critically Endangered oleh IUCN Red List of Threatened Species yang diperkirakan populasinya saat ini berkisar 400 – 500 individu.
Tiga ekor harimau sumatra yang terancam punah, termasuk dua ekor anaknya, ditemukan mati pada Selasa (24/8/2021), di Taman Nasional Ekosistem Pegunungan Leuser, Pulau Sumatera, kata Kepala Balai Taman Nasional Ekosistem Leuser Agus Arianto.
Taman Nasional Kawasan Ekosistem Gunung Leuser adalah kawasan hutan lebat untuk konservasi harimau sumatra di Provinsi Aceh, kemungkinan besar benteng terakhir dari hewan yang terancam punah selain Tambling di Provinsi Lampung.
Baca Juga: 3 Harimau Sumatera Mati Terjerat Jebakan untuk Babi
Lebih lanjut Arianto menambahkan, jenazah anak harimau jantan ditemukan pada Kamis sekitar 5 meter, katanya. Pemeriksaan menyimpulkan induk dan dua anak harimau itu meninggal karena luka infeksi yang disebabkan oleh jebakan pemburu liar, kata Arianto.
Petugas juga menemukan beberapa jebakan yang mirip dengan yang digunakan untuk menangkap babi hutan di peternakan kawasan penyangga taman nasional sekitar penemuan jenazah ketiga harimau tersebut.
Namun Agus membantah perangkap tersebut ditujukan untuk menangkap babi butan. Karena memasang perangkap babi di kawasan konservasi sangat tidak mungkin.
“Ini jelas perburuan hewan langka untuk keuntungan ekonomi.”
Agus mengatakan, pihaknya akan bekerja sama penuh dengan aparat penegak hukum untuk mengusut kasus pidana ini.
Harimau sumatra, subspesies harimau yang paling terancam punah, berada di bawah tekanan yang meningkat akibat perburuan liar dan penyusutan habitat alami hutan mereka, menurut Daftar Merah Spesies Terancam IUCN.
Berkurangnya habitat alami secara cepat memaksa harimau sumatra mengembara ke daerah berpenduduk di desa-desa sekitar hutan untuk mencari makan.
Kematian harimau sumatra adalah kasus terbaru dari serangkaian pembunuhan hewan langka di Pulau Sumatera.
Ekosistem Gunung Leuser juga merupakan rumah bagi Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) yang terdaftar sebagai genus yang sangat terancam punah dengan populasi kurang dari 80 individu yang tersisa di dunia.
Baca Juga: Pembantaian Badak di Afrika Selatan Makin Marak, Pemburu Dipantau Bertambah
Dicerorhinus adalah genus dari famili Rhinocerotidae, terdiri dari satu spesies yang masih ada, badak sumatra bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis), dan beberapa spesies lainnya yang kini resmi punah.
Badak sumatra merupakan satu-satunya spesies dari genus Dicerorhinus yang ada di dunia.
Konservasionis telah memperingatkan bahwa pandemi virus corona telah menyebabkan peningkatan perburuan liar ketika penduduk desa terpaksa berburu karena alasan ekonomi untuk menyambung hidup.
Awal bulan lalu, seekor harimau betina ditemukan tewas dengan luka akibat jebakan di Kabupaten Aceh Selatan.
Seekor gajah ditemukan mati tanpa kepala pada 11 Juli di sebuah perkebunan kelapa sawit di Aceh Timur.
Polisi menangkap seorang tersangka pemburu liar bersama empat orang yang dituduh membeli gading yang diambil dari bangkai hewan tersebut.
Polisi Aceh juga menangkap empat pria pada bulan Juni lalu karena diduga memburu harimau dengan perangkap dan menjual sisa-sisanya seharga Rp100 juta.
Beberapa hari kemudian, harimau sumatra lainnya mati setelah memakan kambing yang dibubuhi racun tikus di Provinsi Sumatera Utara.
Sumber : Kompas TV/Associated Press/Bloomberg/Mongabay
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.