Hanya 3,8 juta warga dari lebih dari 80 juta warga yang telah menerima vaksinasi secara lengkap.
Banyak para tenaga kesehatan di garis depan yang telah divaksin menggunakan vaksin yang diproduksi oleh Iran, atau vaksin Sinopharm buatan China yang kemungkinan kurang efektif dibandingkan vaksin lain.
Pemerintah Iran mengumumkan bahwa vaksin buatan dalam negerinya mampu memberi 85 persen perlindungan dari Covid-19.
Iran juga mengimpor vaksin Sputnik V buatan Rusia, pun Oxford-AstraZeneca melalui program Covax yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca Juga: Amerika Serikat Ungkap Bukti-bukti Menunjukkan Iran di Balik Serangan Kapal Tanker Israel
Sejauh ini, pihak berwenang menghindari penerapan aturan yang berat bagi rakyat yang tak siap menanggungnya.
Iran, yang kini tengah mengalami masa wabah virus terburuk, sempoyongan melalui berbagai krisis mulai dari sanksi AS, isolasi global, gelombang panas, pemadaman listrik terburuk dalam sejarah, dan aksi protes terkait kurangnya pasokan air dan listrik di negara itu.
Sebelumnya, Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei, pengambil keputusan tertinggi, pada Januari lalu menutup semua kemungkinan impor vaksin buatan AS atau Inggris.
Saat itu, Khamenei menyatakan bahwa vaksin-vaksin itu 'terlarang'.
Sejauh ini, mayoritas warga Iran penerima vaksin bergantung pada vaksin buatan asing.
Juru bicara kementerian kesehatan menyatakan, Iran mungkin saja mengimpor vaksin Barat “selama vaksin-vaksin itu tidak diproduksi di AS atau Inggris”.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.