MANILA, KOMPAS.TV – Sebuah pesawat C-130 milik Angkatan Udara Filipina yang mengangkut pasukan militer yang sedianya dikerahkan untuk memerangi milisi pemberontak, jatuh dan meledak saat mendarat di Filipina selatan pada Minggu (4/7/2021).
Kecelakaan itu mengakibatkan sedikitnya 42 tentara dalam pesawat dan 3 warga sipil di darat, tewas. Kecelakaan ini merupakan salah satu musibah terburuk dalam sejarah Angkatan Udara Filipina.
Melansir Associated Press, sedikitnya 49 tentara berhasil diselamatkan, meski penuh luka-luka, dalam kecelakaan pesawat jatuh di kebun kelapa di luar bandara Jolo di provinsi Sulu.
Para korban yang berhasil selamat termasuk mereka yang sempat melompat keluar pesawat sebelum pesawat meledak dan terbakar. Tiga dari 7 warga desa yang berada di lokasi kecelakaan, tewas.
Baca Juga: Kepala Staf Angkatan Darat Nigeria dan 10 Awak Lainnya Tewas dalam Kecelakaan Pesawat
Pesawat C-130 itu mengangkut 96 penumpang, termasuk 3 pilot dan 5 awak, dan sisanya adalah personel tentara. Hingga Minggu malam, 5 tentara masih belum ditemukan. Pihak berwenang menyatakan, para pilot selamat, namun menderita luka parah.
Pesawat Lockheed C-130 Hercules itu merupakan satu dari dua pesawat bekas Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) yang diserahkan pada Filipina sebagai bagian dari bantuan militer tahun ini.
Pesawat itu semula lepas landas dari Manila dengan hanya mengangkut sejumlah penumpang, termasuk seorang jenderal angkatan darat berbintang dua, Romeo Brawner Jr, yang turun bersama istri dan ketiga anaknya di Cagayande Oro.
Di kota ini, Brawner Jr akan menjadi komandan militer regional yang baru pada Senin. Pasukan angkatan darat Filipina kemudian menaiki C-130 di Cagayan de Oro dan terbang menuju Sulu.
Brawner terkejut saat mengetahui bahwa pesawat yang sebelumnya ia tumpangi itu jatuh.
“Kami sangat bersyukur bahwa kami selamat, tapi sangat sedih karena banyak korban kehilangan nyawa,” ujar Brawner.
Para korban luka segera dilarikan ke sebuah rumah sakit di Sulu atau diterbangkan ke kota terdekat di Zamboanga. Pasukan terus mencari sisa personel militer yang masih hilang.
“Sejumlah tentara tampak melompat keluar pesawat sebelum jatuh, dan mereka selamat dari ledakan yang terjadi setelah jatuh,” demikian pernyataan militer mengutip keterangan para saksi.
Baca Juga: Komite Investigasi Selidiki Kecelakaan Pesawat Sukhoi yang Tewaskan 41 Orang
Pesawat itu mengangkut pasukan militer yang sebagian di antaranya merupakan tentara muda yang baru saja lulus pelatihan dasar, dari kota Cagayan de Oro di selatan menuju lokasi penugasan di Sulu.
“Mereka seharusnya bergabung dengan kami dalam perjuangan melawan terorisme,” ujar komandan militer Sulu Mayor Jenderal William Gonzales.
Selama berpuluh-puluh tahun, pasukan pemerintah telah memerangi milisi Abu Sayyaf di Provinsi Sulu yang mayoritas dihuni oleh kaum muslim.
Masih belum jelas apa yang menyebabkan pesawat jatuh. Komandan militer regional Letnan Jenderal Corleto Vinluan mengatakan, kecil kemungkinan pesawat itu ditembak musuh.
Mengutip sejumlah saksi, pesawat itu tampaknya telah meluncur melampaui landasan pacu, lalu jatuh di pinggiran bandara.
Baca Juga: Kecelakaan Pesawat di Meksiko, 85 Penumpang Berhasil Selamat
Kepala staf militer Jenderal Cirilito Sobejana mengatakan pada para wartawan, “Pesawat itu meleset dari landasan pacu dan berupaya menyalakan mesinnya lagi, tapi gagal dan lalu jatuh.”
Seorang pejabat angkatan udara menyebut, landasan pacu bandara Jolo lebih pendek dari landasan pacu lain di FIlipina, hingga menyulitkan pilot untuk dalam mengarahkan pesawat saat lepas landas maupun mendarat.
Bandara di kota utama Jolo di Sulu terletak beberapa kilometer dari area pegunungan tempat pasukan pemerintah memerangi milisi Abu Sayyaf.
AS dan Filipina secara terpisah telah memasukkan Abu Sayyaf ke dalam organisasi teroris atas sejumlah kasus pengeboman, penculikan demi tebusan dan pemenggalan. Meski gerakannya sudah dilemahkan pasukan pemerintah, keberadaan Abu Sayyaf masih tetap menjadi ancaman.
Pada akhir 2018, Presiden Rodrigo Duterte memperluas kehadiran militer di Sulu hingga menjadi satu divisi penuh. Duterte mengerahkan ratusan personel pasukan tambahan, pasawat angkatan uadara dan peralatan perang lain setelah berjanji menumpas Abu Sayyaf dan para milisi sekutu baik asing maupun lokal.
Angkatan udara Filipina memiliki sejarah musibah yang tragis. Salah satu pesawatnya jatuh di sawah di utara Manila pada 1971, menewaskan 40 personel militer.
Baru-baru ini, lebih dari sepekan lalu, sebuah helikopter Blackhawk S-701 juga jatuh di dekat pangkalan udara AS di Clark, dan menewaskan seluruh 6 penumpangnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.