Baca Juga: Janji Pemimpin Hamas, Tak Akan Sentuh Dana Bantuan Internasional untuk Pemulihan Gaza 1 Sen pun
Prancis dan Rwanda memang telah lama berselisih tentang peran Prancis selama genosida.
Prancis sebelumnya dituduh gagal menghentikan genosida, karena mendukung rezim Hutu, meski setelah pembantaian dimulai.
Para aktivis menyerukan agar para pelaku yang beberapa di antaranya telah tinggal di Prancis selama bertahun-tahun agar dituntut.
Meski begitu, Macron menegaskan negaranya tidak terlibat dalam genosida karena pembunuhnya bukan orang Prancis.
Baca Juga: Mia Khalifa Kecam Gal Gadot Sebagai Boneka Barbie Genosida Atas Komentar Soal Gaza di Sosial Media
Namun, ia bersumpah bahwa tidak ada tersangka pelaku genosida yang dapat menghindari keadilan, karena menurutnya mengakui masa lalunya, merupakan salah satu jalan untuk melajutkan tugas membela keadilan.
Genosida di Rwanda terjadi lebih disebabkan kecemburuan suku Hutu terhadap Tutsi, yang ketika masih diduduki oleh Belgia, diberikan lebih banyak kemudahan dan jabatan.
Ketegangan ketika itu semakin panas setelah Presiden Juvenal Habyarimana yang telah menandatangani perjanjian dengan grup pemberontak Tutsi (RPF) terbunuh saat pesawat yang ditumpanginya ditembak rudal pada 6 April 1994.
Akibatnya diperkirakan antara 500.000 hingga 800.000 suku Tutsi terbunuh dalam genosida tersebut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.