Menurut polisi, setidaknya seorang dari 3 orang tersangka yang diinterogasi, telah mengakui apa yang sebenarnya terjadi.
Menurut pengakuan tersangka tersebut, penjepit berbentuk garpu itu sengaja ditempatkan pada rem darurat untuk menonaktifkan rem itu. Sebab, rem itu kerap mengerem secara spontan hingga kereta gantung berhenti.
Sejak 26 April lalu, kereta gantung itu kembali beroperasi mengangkut para pengunjung ke puncak Mottarone.
“Saat kejadian jatuhnya kereta gantung, penjepit berbentuk garpu itu masih berada pada tuas rem darurat,” kata Letnan Kolonel Alberto Cicognani yang menyelidiki insiden itu, mengutip keterangan dari para tersangka.
“Karena ada kerusakan, rem terus bekerja mengerem, meskipun seharusnya tidak,” ujar Cicognani seperti dikutip dari Sky TG24.
“Untuk mencegah agar kabin kereta gantung tak berhenti selama mengangkut para penumpang, para tersangka memilih untuk tidak memindahkan penjepit yang memblokir rem darurat," sambungnya.
Dengan cara ini, imbuh Cicognani, rem tak akan berfungsi, dan inilah yang menyebabkan saat kabel putus, kabin kereta gantung terlepas dan terjatuh ke tanah.
Baca Juga: Tragedi Kecelakaan Kereta Gantung Italia: Kabel Putus dan Rem Darurat Tak Berfungsi
Kantor berita Sky dan LaPresse mengidentifikasi ketiga tersangka sebagai pemilik, direktur perusahaan, dan kepala layanan operator kereta gantung.
Bossi yang memimpin penyelidikan kecelakaan itu menyebut, penonaktifan rem darurat jelas dirancang agar kereta gantung tetap dapat terus beroperasi.
Tim penyelidik menduga, hal ini dilakukan dengan sepengetahuan penuh para pemilik perusahaan kereta gantung itu.
Wali Kota Diamonte, kota asal salah satu korban tewas, Serena Cosentino, mengumumkan bahwa kota di selatan Calabria tersebut akan mengambil langkah hukum dan menuntut mereka yang bertanggung jawab.
“Kabar ini, sayangnya, menunjukkan gambaran yang lebih luas tentang tanggung jawab dan rasa bersalah,” kata Walikota Diamonte Ernesto Magorno.
Perkembangan kasus penyelidikan tragedi jatuhnya kereta gantung ini berlangsung di tengah sebuah kabar gembira.
Para dokter di rumah sakit anak Regina Margherita di Turin melaporkan bahwa Eitan Biran, bocah 5 tahun yang menjadi satu-satunya korban selamat dalam tragedi itu, mulai membuka matanya setelah tim dokter berupaya memulihkannya secara bertahap.
Biran mengalami patah tulang di beberapa bagian tubuhnya akibat kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya, adik, serta kakek dan nenek buyutnya itu.
Bibinya tak ikut dalam perjalanan kereta gantung, menungguinya di rumah sakit.
Pada Rabu, para anggota komunitas Yahudi di wilayah itu menggelar doa bersama bagi para korban tragedi kecelakaan kereta gantung itu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.