“Sebagai seorang anak di Israel, Anda dibesarkan dalam pendidikan militeristik Zionis yang sangat kuat. Anda hampir tidak tahu apa-apa tentang Palestina, Anda tidak tahu tentang Nakba 1948, Anda tidak tahu tentang penindasan yang sedang berlangsung," beber Shapira.
Karena ketidaktahuan itu, warga Israel yang mengikut wajib militer enteng saja menyerang Palestina.
“Mereka dikirim untuk melempar rudal dan bom di pusat kota Palestina. Pada titik tertentu, saya menyadari bahwa ini adalah tindakan terorisme,” ujar Shapira soal para pilot militer yang membunuh warga sipil Palestina.
Ia sendiri mengaku sulit bisa memahami kondisi itu karena psikologisnya sudah terbentuk lingkungan.
Baca Juga: Nakba Day 15 Mei, Hari Bencana bagi Palestina Usai Zionis Deklarasi Israel
“Begitu Anda menyadari bahwa Anda adalah bagian dari organisasi teroris, Anda memahami bahwa Anda harus mengatakan tidak, Anda harus mengambil konsekuensi," tegas Shapira.
Shapira juga mengatakan, dirinya pun kesulitan mencari pekerjaan lain karena dukungannya pada rakyat Palestina. Ia pun terpaksa pindah ke Norwegia solidaritas pada Palestina.
“Saya dipecat dari semua perusahaan tempat saya bekerja di Israel, karena saya mendukung perjuangan Palestina,” katanya.
Yonatan Shapira bukan satu-satunya warga Israel yang menentang pendudukan dan penindasan Israel atas Palestina.
"... Pendudukan ini adalah tindak kriminal yang sedang berlangsung dan kejahatan perang, dan kami tidak ingin terus mengambil bagian dalam kejahatan perang ini," ucap Shapira
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967. Israel mencaplok seluruh kota Yerusalem pada tahun 1980 dalam sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.
Baca Juga: Palestina Dapat Dukungan dari 163 Negara, Sedangkan 15 Lainnya Tak Mau Mengakui Kedaulatannya
Ketegangan baru-baru ini pun bermula dari penggusuran di Yerusalem Timur, tepatnya di Masjid Al-Aqsa dan Sheikh Jarrah.
“...Pemerintahan saya dan komandan saya adalah penjahat perang," kata Shapira menggarisbawahi.
Melansir AlJazeera, 218 warga Palestina, termasuk 63 anak telah terbunuh di Jalur Gaza akibat serangan Israel sejak 10 Mei 2021. Kemudian, 1500 warga Palestina luka-luka.
Sementara, 12 warga Israel tewas, termasuk 2 orang anak. Setidaknya 300 warga Israel luka-luka.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.