Baca Juga: Saudi Arabia Nyatakan Ingin Akhiri Konflik Yaman, Sekjen PBB Sambut Baik
Manuver mengejutkan ini berbuah 4 kursi di parlemen. Meski minoritas, posisi Ra’am ini berpotensi jadi kingmaker atau memastikan kemenangan salah satu pihak, baik koalisi Netanyahu atau oposisi.
Pengamat politik Israel Arik Rudnitsky memuji manuver Abbas itu.
“Tahukah Anda apa yang bisa dilakukan dengan empat kursi? Dia akan memiliki pengaruh yang sangat besar,” kata Rudnitsky.
Di sisi lain, analis politik senior Al Jazeera, Marwan Bishara, tidak realistis melihat Abbas dan Ra'am sebagai kingmaker. Koalisi Netanyahu juga membutuhkan dukungan partai zionis Yamina di bawah kepimpinan Naftali Bennett.
“Pastinya, Anda tidak akan melihat partai Agama Zionis - partai Yahudi fundamentalis paling ekstrim yang paling ekstrim - duduk dalam koalisi yang sama dengan sebuah partai Islamis,”kata Bishara.
Baik koalisi Netanyahu maupun oposisi sama-sama mengatakan tak bakal menerima Ra’am dalam koalisi mereka karena kecenderungan anti-zionis partai itu.
Menurut Times of Israel, Ra’am berdiri mengikuti model Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Bishara mengatakan, para politikus Israel dalam 45 hari ke depan akan banyak melakukan berbagai manuver politik.
Warga Arab di Israel mencapai 20% dari total penduduk 9,3 juta orang. Meski memegang kewarganegaraan Israel, mereka menghadapi diskriminasi dalam layanan publik dan akses perumahan.
Warga Arab ini memiliki hubungan kerabat dengan warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Sebagian besar warga Arab di Israel juga memiliki kepentingan politik yang sama dengan warga Palestina.
Baca Juga: Palestina Puji Usaha China untuk Mempertemukan Mereka dengan Israel dalam Sebuah Pembicaraan
Sebelumnya pada Maret 2020, koalisi Arab Join List membuat rekor bersejarah dengan memenangkan 15 kursi di parlemen Israel. Namun, mereka mengecewakan para pemilih dari warga Arab Israel karena bergabung dengan kelompok oposisi yang juga berhaluan Zionis.
Ra’am keluar dari koalisi Join List itu pada Februari 2021 dalam kondisi demikian. Tak disangka, mereka dapat meraih suara pemilih, meski minoritas.
Sementara, pemilih Join List turun drastis hampir setengah dari 11 kursi menjadi 6 kursi.
Yohanan Plesner, presiden Institut Demokrasi Israel, sebuah lembaga pemikir non-partisan, mengatakan jajak pendapat menunjukkan negara itu masih terbelah. Ia mengatakan, kemungkinan Israel akan menjalani pemilu kelima.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.