Baca Juga: Gelontoran Insentif Pemerintah dari Pajak Kendaraan Hingga Properti
Senada dengan Shuqing, analis Mizuho Bank mengatakan arus modal asing yang masuk mendadak dalam jumlah besar dapat mengguncang ekonomi China melalui inflasi mata uang, aset dan harga barang.
Guo Shuqing juga mengaku cemas dengan risiko volatilitas sektor properti China. Para analis menyiratkan bahwa negara itu mungkin akan memperketat anggarannya.
Presiden Xi Jinping mengatakan pada konferensi ekonomi akhir tahun lalu bahwa negara tersebut perlu menstabilkan pasar properti pada tahun 2021, dan Beijing telah mengambil beberapa kebijakan terkait hal itu.
Menghadapi peringatan itu, bursa saham Amerika tertarik turun. Sebelumnya, Wall Street terus mengalami peningkatan harian selama hampir sembilan bulan.
Mengutip Financial Times, S&P 500 ditutup turun 0,8 persen pada Selasa (2/3/2021). Hal ini terjadi sehari indeks blue-chip mencatatkan kinerja terbaik sejak Juni 2020.
Nasdaq Composite yang berfokus pada teknologi juga turun 1,7 persen, jatuh kembali dari reli kenaikan 3 persen pada hari Senin.
Baca Juga: Kawanan Pencuri Gondol Mesin ATM Setelah Gagal Dibobol
Sementara, investor Eropa cukup optimis dan mengabaikan peringatan China.
"Eropa dibuka dengan posisi bertahan. Peringatan soal gelembung aset dari pejabat China, kekhawatiran baru atas angka Covid, dan angka penjualan ritel Jerman yang suram, semuanya membebani sentimen sementara. Namun, optimisme yang hati-hati mulai merembes ke pasar dan beberapa indeks ekuitas Eropa berbalik lebih tinggi," kata Sophie Griffiths, analis pasar OANDA, perusahaan perdagangan mata uang asal Kanada.
Indeks FTSE 100 Inggris ditutup naik 0,4% pada 6.613 poin, Selasa. Sementara, DAX Jerman naik 0,2% dan CAC Perancis naik 0,3%.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.