Kompas TV internasional kompas dunia

Tolak Dipenjara Karena Dianggap Menghina Kerajaan, Rapper Spanyol Kunci Diri di Kampus

Kompas.tv - 16 Februari 2021, 12:25 WIB
tolak-dipenjara-karena-dianggap-menghina-kerajaan-rapper-spanyol-kunci-diri-di-kampus
Penyanyi rap Pablo Hasel (kanan bawah) tampak dalam refleksi jendela di gedung Universitas Lleida di Spanyol, Senin (15/2). (Sumber: AP Photo / Joan Mateu)
Penulis : Vyara Lestari

LLEIDA, KOMPAS.TV – Seorang penyanyi rap alias rapper di Spanyol dan puluhan pendukungnya mengunci diri dalam sebuah gedung universitas pada Senin (15/2). Aksi penguncian ini merupakan upaya terbaru yang dilakukan sang rapper untuk menghindari hukuman penjara lantaran dianggap telah menghina kerajaan Spanyol dan memuji aksi terorisme.

Kasus Pablo Hasel (32) telah menarik perhatian publik di Spanyol. Kasus ini juga dikaitkan dengan pengumuman mendadak pemerintah Spanyol yang hendak mengubah sebuah hukum nasional yang dianggap akan membatasi kebebasan berekspresi. Lebih dari 200 seniman, termasuk sutradara film Pedro Almodovar dan aktor Javier Bardem, pekan lalu menandatangi sebuah petisi mendukung aksi sang rapper.

Baca Juga: Spanyol Catat Kematian Harian Tertinggi Akibat Covid-19 Sejak April 2020

Hasel yang memiliki nama asli Pablo Rivadulla Duro, harus menjalani hukuman yang telah dikurangi dari tahun 2018 selama 9 bulan. Ini lantaran ia telah mengunggah cuitan dan lagu antara tahun 2014 – 2016 yang isinya mengkritik keluarga kerajaan Spanyol dan memuji kelompok sayap kiri bersenjata Spanyol yang kini sudah tidak ada lagi.

Rapper PabloHasel duduk di dalam gedung Universitas Lleida di Spanyol, Senin (15/2). (Sumber: AP Photo / Joan Mateu)

“Saya tidak akan membiarkan mereka memerintah saya tentang apa yang harus saya pikir, rasakan atau katakan,” ujar Hasel seperti dikutip dari Associated Press, Senin malam (15/2). “Ini jadi lebih mendorong saya untuk terus menulis lagu-lagu yang sama.”

Baca Juga: Di Usia 106 Tahun Terima Vaksin, Zelia di Brasil Juga Selamat Dari Flu Spanyol Seabad Lalu

Terkenal terutama karena kritik anti-kemapanannya yang kerap radikal, Hasel telah menuai hukuman atas kasus penyerangan dan memuji kelompok ekstrimis bersenjata. Namun, hukuman penjara 2 tahun sebelumnya ditangguhkan, hingga Hasel tak harus berdiam di balik jeruji besi.

Kali ini, tampaknya Hasel harus menjalani hukumannya. Pengadilan Nasional Spanyol telah mengeluarkan perintah penangkapannya pada Senin setelah masa penyerahan diri selama 10 hari berakhir pada Jumat kemarin.

Namun, Hasel menyatakan, ia tidak akan masuk penjara tanpa menunjukkan perlawanan dan menarik perhatian publik atas kasusnya. Pada Senin, ditemani 50 pendukungnya, Hasel membarikade dirinya di dalam gedung rektorat Universitas Lleida di kawasan Catalonia timur-laut.

Para pendukung rapper Pablo Hasel menyusun barikade dari tumpukan meja dan kursi di dalam gedung rektorat Universitas Lleida di Spanyol, Senin (15/2). (Sumber: AP Photo / Joan Mateu)

Polisi membutuhkan izin khusus -- yang dalam kasus ini sudah diberikan – dari pihak akademisi untuk memasuki gedung universitas.

Baca Juga: Film 'The Endless Trench' Wakili Spanyol di Ajang Oscar

Lewat Twitter, sang rapper mencuitkan, “Mereka harus mendobrak masuk untuk menangkap dan memenjarakan saya.”

Kata Hasel, aksi mengunci diri di kampus merupakan seruan untuk mengatur solidaritas dan menghilangkan tekanan di jalanan.

“Ada banyak solidaritas dari orang-orang yang paham bahwa ini bukan sekedar serangan terhadap saya,” imbuh Hasel. “Tapi juga terhadap kebebasan fundamental demokrasi kita. Kebebasan yang terus-menerus ditekan oleh negara. Saat menghadapi serangan, kita harus memberikan jawaban kolektif.”  

Secara tak terduga, pemerintahan koalisi sayap kiri Spanyol pekan lalu mengumumkan akan melakukan perubahan terhadap hukum pidana negara untuk menghapus hukuman penjara bagi pelanggaran yang melibatkan kebebasan berekspresi. Namun, pengumuman itu tidak secara spesifik menyebut Hasel atau menetapkan batas waktu perubahan.

Namun, proposal perubahan itu ditolak oleh oposisi konservatif Partai Populer dan partai sayap kanan Partai Suara.

Baca Juga: JK: Kalau Sekedar Bertanya Saja Sudah Tidak Boleh, Bagaimana Mau Mengkritik?

Perubahan di bawah Undang-undang Keamanan Publik yang baru, yang dikenal juga sebagai ‘Hukum Gag’, dibuat pada 2015 oleh Partai Populer pemerintah saat itu. Hukum ini telah lama dikecam oleh kelompok hak asasi manusia dan organisasi internasional karena berpotensi membatasi kebebasan berekspresi atas nama melindungi institusi negara dan agama.

“Penahanan Pablo Hasel membuat pedang menggantung di atas kepala seluruh tokoh publik yang berani mengkritik terang-terangan tindakan lembaga negara, semakin terbukti," demikian bunyi petisi para seniman Spanyol. “Kami sadar bahwa jika kami membiarkan Pablo dipenjara, besok mereka akan mengejar salah satu dari kami, sampai mereka membungkam semua upaya pembangkangan.”

Amnesty International (AI) cabang Spanyol juga membela Hasel dan mendesak pemerintah untuk melakukan perubahan hukum.

“Pengungkapan ekspresi yang tidak secara jelas dan langsung menyulut aksi kekerasan, tidak dapat dikriminalisasi,” ujar direktur cabang AI Esteban Beltran.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x