NAYPYIDAW, KOMPAS.TV- Sebuah video menunjukkan sejumlah polisi Myanmar berbalik mendukung pengunjuk rasa penentang kudeta militer dalam video yang diunggah South China Morning Post dan dilansir Kompas.com, Kamis, (11/02/2021).
Rekaman itu awalnya memerlihatkan massa disemprot dengan meriam air. Mendapat semprotan itu, para pengunjuk rasa bertepuk tangan dan bersorak. Mereka kemudian mendapat semprotan kedua.
Di tengah semprotan kedua itulah, ada satu polisi yang mendekati pengunjuk rasa dan bergerak menaikkan tameng untuk melindungi pengunjuk rasa. Tak lama, dua anggota lain mengikuti dan berbalik menghadap polisi rekannya.
Mengetahui ada tiga penegak hukum beralih ke kubu mereka, massa semakin bersorak.
Dalam rekaman berdurasi 2 menit 27 detik itu, massa mengerumuni ketiganya yang menaikkan perisai anti huru-hara untuk melindungi mahasiswa dari serangan kanon air polisi.
Seorang rekan mereka yang terlihat seperti komandan unit tersebut mencoba untuk menarik ketiganya agar kembali ke barisan polisi.
Video itu sendiri dilansir pada Rabu (10/02/2021) dengan lokasi yang belum diketahui.
Baca Juga: Unjuk Rasa di Thailand Kembali Terjadi, Kini Tiru Cara Demonstrasi Myanmar
Namun, upayanya dihentikan oleh pengunjuk rasa yang memeluk tiga penegak hukum tersebut.
Sebelumnya, bahkan dilaporkan beberapa unit polisi secara terbuka memihak dan bergabung dengan pengunjuk rasa.
Sebuah video dramatis yang direkam hari Rabu, (10/02/2021) di desa kecil negara bagian Kayah, Myanmar Timur merekam 42 orang polisi pria dan perempuan yang menyatakan setia kepada pemerintahan terguling dan menolak perintah perwira mereka untuk bertugas.
Sejak akhir pekan, Myanmar dihantam oleh rentetan aksi damai buntut kudeta yang dilakukan militer pada 1 Februari.
Massa menggunakan kata-kata kreatif seperti "mantanku buruk, tapi militer lebih buruk" selama berpartisipasi dalam unjuk rasa.
Mereka menyerukan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan tokoh politik lainnya dibebaskan.
Dalam klaimnya, militer membenarkan aksi mereka dengan menuding partai pimpinan Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) melakukan kecurangan pemilu dan tidak menindaklanjuti keluhan berbagai pihak, terutama militer atas kecurangan tersebut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.