JOHANNESBURG, KOMPAS.TV — Bea Cukai Afrika Selatan menyita cula badak senilai 3,5 juta dollar di Bandara Internasional O.R. Tambo, Johannesburgh, Afrika Selatan, Kamis, (04/02/2021).
Seperti dilansir dari Associated Press, Jum'at (05/02/2021) penyelundupan 18 buah cula seberat 63 kilogram dengan tujuan Malaysia itu terungkap saat petugas melakukan pemeriksaan di fasilitas pengiriman Bandara.
Paket itu diberi label "kotak HP" namun pemeriksaan sinar x menunjukkan gambar cula, sejurus kemudian petugas membongkar paket itu dan menemukan barang haram tersebut, demikian pernyataan Layanan Pendapatan Afrika Selatan.
Ini adalah kali yang ke empat sejak Juli tahun lalu, dimana petugas bea cukai menemukan penyelundupan cula badak, yang hingga saat ini totalnya sebanyak 277 kilogram cula badak dengan nilai pasaran mencapai 15 juta dollar, demikian ditambahkan.
Baca Juga: Pentolan Pemburu Gading Gajah dan Cula Badak Afrika di Ekstradisi ke Amerika Serikat
Edward Kieswetter, komisieoner layanan pendapatan Afsel mengatakan, "Mereka yang terus menghancurkan warisan kekayaan alam negeri kita, akan berhadapan dengan komitmen petugas kami yang tidak akan tergoyahkan dalam menegakkan hukum," seraya menambahkan, "Ini semua adalah milik dan warisan bersama untuk kita jaga bersama untuk generasi mendatang,"
Awal minggu ini pemerintah Afrika Selatan mengumumkan pembantaian badak di negara itu turun 33 persen tahun 2020, yang sebagian besar ditengarai akibat aturan ketat pembatasan pergerakan manusia di seluruh negara selama pandemi Covid-19.
Baca Juga: Cegah Kepunahan, Kenya Sukses Upayakan Dua Embrio Badak Putih Utara Yang Hampir Punah
Secara total diidentifikasi ada 394 badak yang dibunuh tahun 2020 hanya untuk diambil culanya, turun dari angka 594 badak tahun 2019, demikian data dari kementerian lingkungan hidup Afrika Selatan.
Jumlah itu adalah penurunan selama enam tahun berturut-turut dari angka pembunuhan badak secara ilegal, seiring dengan peningkatan operasi pemerintah menghabisi para pemburu.
Operasi itu juga dilakukan bersama Botswana, Eswatini (dulu Swaziland), Kenya, Namibia, Mozambique, dan Zimbabwe, dimana seluruh negara tersebut bergerak bersama sehingga perburuan liar di Afrika Selatan dapat ditekan.
Baca Juga: Tokoh Konservasi Badak Indonesia, Widodo S. Ramono, Meninggal Dunia
Kelompok pembela satwa dan kehidupan alaminya memperingatkan perburuan haram badak-badak di Afrika tetaplah marak, dan pemburu liar bergerak makin canggih karena mulai ditemukan pemburu gelap menggunakan drone dan alat canggih lain.
Walau jumlah badak yang dibunuh menurun, secara umum jumlah badak makin anjlok, tutur para pelaku konservasi satwa liar badak.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.