TEHRAN, KOMPAS.TV – Pesawat pembom B-52 milik Amerika Serikat (AS) terbang di atas Timur Tengah, Minggu (17/1/2021). Komando Pusat AS menyatakan bahwa patroli ini diterbangkan sebagai bagian penting dari postur pertahanan AS.
Sebelumnya, analis keamanan telah memperingatkan bahwa Presiden AS Donald Trump dapat mengambil tindakan militer terhadap Iran di hari-hari terakhirnya menjabat.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk intimidasi AS ini dan menyebut bahwa AS lebih baik menghabiskan anggarannya untuk dialokasikan pada kesehatan warga AS, daripada untuk melakukan intimidasi kepada negara lain.
"Meskipun kami belum memulai perang selama lebih dari 200 tahun, kami tidak akan malu untuk menghancurkan para penyerang," kata Zarif dalam akun Twitter-nya.
Baca Juga: Unjuk Kekuatan, Amerika Serikat Kirim Pesawat Bomber ke Iran
Penerbangan melintasi Timur Tengah oleh AS yang terbaru, mampu membawa hingga 32.000 kg senjata, termasuk bom nuklir. Penerbangan ini terjadi hanya satu hari setelah Korps Pengawal Revolusi Islam menguji rudal dan drone jarak jauh terhadap target darat dan laut di Iran. Aksi ini merupakan unjuk kekuatan militer skala besar yang keempat dalam dua minggu terakhir.
Sedangkan penerbangan B-52 yang dilakukan AS merupakan yang kelima dalam beberapa pekan terakhir dan Komando Pusat AS mengatakan awak pesawat berhasil menyelesaikan misinya.
Ketegangan semakin meningkat antara AS dan Iran, setelah pembunuhan ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh di Teheran pada November 2020 lalu.
Baca Juga: Iran Laksanakan Latihan Peluru Kendali Balistik Anti Kapal
Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Israel, sekutu AS di kawasan itu, yang membunuh ilmuwan Iran tersebut. Iran kemudian bersumpah akan melakukan pembalasan yang kuat.
Gesekan antara dua negara juga meningkat sekitar tanggal 3 Januari lalu, yang merupakan peringatan pembunuhan terhadap jenderal tertinggi Iran, Qaseem Soleimani, dalam serangan pesawat tak berawak Amerika di Baghdad, Irak.
Konfrontasi militer akan sangat memperumit kebijakan luar negeri bagi Presiden terpilih AS Joe Biden, yang bermaksud untuk memulai kembali hubungan diplomatik dengan Teheran setelah menjabat pada hari Rabu (20/1/2021) mendatang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.