Kompas TV internasional kompas dunia

Sinovac China Buka Suara Atas Perbedaan Tingkat Kemanjuran Vaksin CoronaVac Buatan Mereka

Kompas.tv - 18 Januari 2021, 21:41 WIB
sinovac-china-buka-suara-atas-perbedaan-tingkat-kemanjuran-vaksin-coronavac-buatan-mereka
Seorang petugas kesehatan menyiapkan dosis suntikan vaksin Covid-19 di sebuah rumah sakit di Bali, Indonesia pada Kamis, 14 Januari 2021. Bloomberg hari Senin (18/01/2021) melaporkan pernyataan Sinovac yang mengatakan terlepas dari data hasil uji klinis yang tidak konsisten, vaksin mereka lebih efektif mencegah penularan bila vaksin yang terdiri dari dua kali suntikan itu diterapkan pada rentang waktu yang lebih lama (Sumber: AP Photo/Firdia Lisnawati, File)
Penulis : Edwin Shri Bimo

Uji klinis di Indonesia dan Turki memunculkan tingkat kemanjuran/efikasi antara 65 persen dan 90 persen lebih, namun dianggap tidak konklusif karena jumlah peserta uji klinis dianggap kecil dan lebih sedikit kasus Covid yang terlibat.

Tingkat (efikasi) yang dihasilkan pada kelompok yang lebih kecil (yang menerima vaksin pada rentang tiga minggu) membuat vaksin Sinovac sejajar dengan hasil efikasi vaksin yang dibuat AstraZeneca dan Universitas Oxford yang saat ini menjadi modal vaksinasi massal di India.

Baca Juga: Berapa Lama Vaksin Sinovac Melindungi Tubuh dari Virus Corona, Ini Penjelasan BPOM

Sejalan dengan makin gencarnya vaksinasi masal, perhatian makin tertuju pada rentang waktu antar suntikan vaksin dan apakah waktu diantara dua suntikan vaksin itu berperan dalam pembentukan respon kekebalan orang-orang yang sudah divaksinasi.

Yang Xiaoming, kepala China National Biotec Group CNBG yang membuat vaksin lain di China dalam wawancara dengan Xinhua minggu lalu mengatakan, vaksin mereka, yang sudah disetujui pemerintah China, bisa menumbuhkan imunitas lebih panjang dan menghasilkan antibodi lebih banyak bila disuntikkan pada rentang waktu tiga atau empat minggu, dibanding pada rentang waktu satu atau dua minggu antar suntikan.

Awal bulan ini, Badan Pengatur Obat dan Makanan AS, FDA, membantah pandangan beberapa pejabat kesehatan yang menyarankan pemotongan tingkat dosis mungkin bisa menjadi jalan untuk proses vaksinasi publik yang lebih cepat.

Baca Juga: Ada 15 Kondisi Seseorang Tidak Dapat Disuntik Vaksin Covid-19 buatan Sinovac

FDA mendesak agar vaksin diberikan sesuai petunjuk dan otorisasi FDA sambil menekankan, perubahan (dari petunjuk penggunaan) tidak akan menjamin tingkat perlindungan seperti yang diamati dari uji klinis, dan bahkan bisa membahayakan kesehatan masyarakat.

Terlepas dari inkonsistensi dalam tingkat kemanjuran yang diumumkan secara publik, CoronaVac terus disetujui untuk digunakan, dengan Brasil sebagai negara terbaru yang mendukung pelaksanaan vaksinasi dalam keadaan darurat.

Turki mengizinkan Sinovac pada 13 Januari dan Presiden Recep Tayyip Erdogan menerima suntikan pertama di depan publik, menurut perusahaan tersebut.

Baca Juga: 6 Hal yang Perlu Diketahui Soal Vaksin Covid-19 Sinovac

Chili, Filipina, Thailand, Hong Kong dan Singapura juga memiliki kesepakatan untuk membeli dan mendistribusikan CoronaVac.

Regulator di Filipina dan Hong Kong telah meminta data lebih lengkap sebelum menerima kiriman mereka.

Hong Kong, di mana panel ahli pada hari Senin merekomendasikan vaksin Pfizer disetujui untuk digunakan, berencana untuk menawarkan orang pilihan suntikan mana yang akan diambil.

Sementara itu, Sinovac mengirimkan data untuk ditinjau di negara asalnya, China, di mana regulator mendukung CoronaVac untuk penggunaan darurat pada bulan Juli dan diharapkan segera mengatur kelayakannya untuk penggunaan umum yang lebih luas.

Baca Juga: Bila Masih Khawatir Tentang Kemanjuran Vaksin Sinovac, Simak Penjelasan Guru Besar Farmasi UGM

Administrasi Produk Medis Nasional China menggunakan standar yang sedikit berbeda untuk menentukan kasus Covid-19 dalam uji coba, yang dapat menghasilkan tingkat kemanjuran lain untuk suntikan tersebut.

Definisi regulator China tentang Covid-19 dalam uji klinis adalah CT scan yang menunjukkan legiun di paru-paru, atau dua atipikal atau satu gejala khas selama lebih dari dua hari, ditambah tes asam nukleat yang mendeteksi virus dalam sampel.

Protokol percobaan Brazil, bagaimanapun, hanya membutuhkan hasil tes asam nukleat positif dan gejala apapun yang berlangsung lebih dari dua hari, menurut diagram yang diberikan Sinovac kepada Bloomberg.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x