Baca Juga: Propinsi Ontario Menjadi yang Pertama Mendapat Vaksin Covid-19 di Kanada
Staf FDA mengatakan, data dari penelitian Pfizer yang bahkan saat ini masih berlangsung atas 44,000 orang, menunjukan perlindungan yang kuat (strong protection) di seluruh kelompok umur, ras, kondisi kesehatan, dan perlindungan itu tanpa masalah keamanan yang berarti serta tanpa masalah tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Suntikan vaksin Pfizer-BioNTech tetap berstatus eksperimental karena penelitian uji klinis tahap akhir belumlah selesai. Hasilnya, panel pakar tersebut masih memiliki sederet pertanyaan yang belum terjawab.
Contohnya, sementara vaksin Pfizer itu 90% manjur menghadang gejala Covid-19, pakar FDA menekankan saat ini belum jelas apakah vaksin tersebut dapat menghentikan penyebaran yang senyap dan tanpa gejala.
Saat ini tipe penyebaran senyap dan tanpa gejala berjumlah sekitar setengah dari seluruh kasus penularan di AS.
"Walaupun kemanjuran invididual vaksin ini sangat, sangat, sangat tinggi, anda saat ini tidak punya bukti apa-apa," bahwa vaksin tersebut dapat menurunkan penularan, tutur Dr. Patrick Moore dari Universitas Pittsburght.
Dr. Moore mendesak Pfizer mengambil langkah tambahan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Baca Juga: Polemik Vaksin Covid-19: Senjangnya Ketersediaan Vaksin Antara Negara Kaya dan Negara Miskin
Beberapa pendapat anggota panel pakar menentang pemberian ijin untuk vaksinasi kepada anak usia 16 dan 17 tahun, melihat jumlah mereka yang kecil dalam penelitian dan mempertimbangkan resiko kecil yang mereka hadapi dari virus Covid-19.
Para pakar dari kubu ini juga kuatir Pfizer kehilangan kesempatan menjawab pertanyaan penting begitu mereka mulai menawarkan vaksin yang bukan placebo kepada peserta uji klinis yang selama ini hanya mendapat vaksin plasebo.
Plasebo adalah kandungan tidak berbahaya namun identik dalam percobaan dan uji klinis, dan tidak memiliki kandungan aktif apapun.
Misalnya, bila sebuah obat sedang uji klinis, plasebo adalah obat yang tidak lebih dari pil berisi gula. Konsep itu juga berlaku bagi vaksin.
Perusahaan tersebut mengusulkan untuk secara bertahap memindahkan peserta uji klinis itu kepada kelompok penerima vaksin, dengan prioritas berdasarkan usia, kondisi kesehatan, dan faktor lain.
Berdasarkan rencana itu, peserta uji klinis berusia 70 tahun akan lebih dulu masuk kepada kelompok penerima vaksin asli dibanding peserta yang berusia 30 tahun.
Seperti diberitakan Associated Press, para pakar meminta Pfizer untuk menunjukkan apakah vaksin mereka juga manjur untuk anak dibawah usia 16 tahun dan manjur bagi ibu hamil.
Baca Juga: Pfizer Siap Kirim 20 Juta Dosis Vaksin Corona
Dari sisi keamanan, seiring dengan vaksinasi massal, penerima vaksin pertama akan dipantau secara ketat oleh otoritas kesehatan pemerintah, karena penelitian dan uji klinis yang diikuti puluhan ribu orang itu tidak dapat mendeteksi resiko super jarang, yang biasanya menyerang manusia dalam rasio satu banding satu juta.
Dalam persidangan pakar itu, bergelayut pengalaman Inggris yang mendapati reaksi alergi berat pada dua penerima vaksin, dan juga adanya peringatan dari berbagai lembaga bahwa mereka yang punya sejarah alergi serius sebaiknya belum diijinkan untuk ikut vaksinasi.
Perwakilan Pfizer mengatakan mereka belum melihat pertanda reaksi alergi dalam uji klinis mereka. Namun beberapa penasihat FDA kuatir peringatan yang diberikan Inggris akan membuat jutaan orang Amerika yang memiliki alergi -dan sebenarnya bisa mendapat manfaat dari vaksin- menjadi bimbang dan ragu.
Para penasihat FDA itu lebih jauh mendesak digelarnya penelitian tambahan untuk memperjelas isu tersebut.
"Isu ini tidak akan pupus sampai kita bisa memiliki data yang lebih baik," tutur Dr. Paul Offit
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.