UNI EROPA, KOMPAS.TV - Petinggi Uni Eropa menyatakan solidaritasnya kepada Prancis, Kamis (29/10/2020). Pernyataan solidaritas ini dilakukan setelah serangan mematikan terjadi di sebuah gereja di Nice, Prancis.
Ketika para pemimpin Uni Eropa bertemu melalui konferensi video untuk membahas tentang virus corona, mereka ikut menyuarakan solidaritas terhadap aksi kekerasan yang terjadi di Nice.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel, memulai pertemuan dengan menyampaikan solidaritas Eropa terhadap serangan di Prancis.
Berbicara melalui video, Michel berkata, "Ini tentang nilai-nilai demokrasi dan kebebasan. Ini tentang supremasi hukum dan saya pikir saya dapat mengatakan atas nama semua orang, bahwa kita bersatu dan berkumpul untuk mempertahankan nilai-nilai yang mempersatukan kita."
Baca Juga: Pemenggalan dan Penusukan di Nice, Prancis Tingkatkan Status Ancaman Keamanan ke Level Tertinggi
Seorang pria bersenjatakan pisau menyerang jamaah yang berada di dalam sebuah gereja Prancis, Kamis (29/10/2020).
Tiga orang tewas dalam peristiwa ini dan pemerintah Prancis langsung meningkatkan status siaga keamanan ke tingkat maksimum, hanya beberapa jam sebelum diberlakukannya lockdown karena virus corona secara nasional.
Serangan di kota Nice di Mediterania adalah yang ketiga dalam dua bulan di Prancis, yang dikaitkan dengan ekstremis Muslim.
Salah satu serangan yang terjadi dalam dua bulan terakhir adalah pemenggalan kepala seorang guru.
Kericuhan berbau agama yang kerap terjadi di Prancis akhir-akhir ini, dipicu oleh diterbitkannya kembali karikatur Nabi Muhammad oleh surat kabar satir Charlie Hebdo.
Kejadian ini membuka luka lama di Prancis, yang kerap dianggap melukai nilai-nilai yang dipercaya umat muslim.
Baca Juga: Pelaku Penyerangan di Gereja Prancis Berasal dari Tunisia dan Membawa Salinan Al Quran
Karikatur Nabi Muhammad di Prancis dianggap sebagai salah satu kebebasan berpendapat. Sedangkan bagi umat muslim, karikatur tersebut merupakan penghinaan terhadap Nabi Muhammad.
Atas meningkatnya serangan berbau sentimen keagamaan di Prancis, Presiden Macron mengumumkan akan melipatgandakan jumlah tentara yang dikerahkan secara nasional.
Dari sekitar 3.000 personil, menjadi 7.000 personil keamanan setelah serangan.
Jaksa penuntut anti-terorisme Prancis Jean-Francois Ricard telah mengumumkan pelaku serangan. Dia adalah seorang pria yang berasal dari Tunisia.
Baca Juga: Setelah Serangan Mematikan, Macron Serukan Persatuan di Prancis
Pria ini berusia sekitar 20 tahun yang masuk ke Prancis dari Italia. Saat penyerangan, dia membawa salinan kitab suci Islam, Alquran.
Jean-Francois Ricard mengatakan pada konferensi pers Kamis (29/10/2020) malam, bahwa pria itu tiba di Italia dengan mencapai pulau Lampedusa di Mediterania pada 10 September 2020.
Setelah itu, dia melakukan perjalanan ke Paris pada Oktober. 9.
Informasi perjalanan didapatkan dari dokumen tentang pria tersebut dari Palang Merah Italia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.