Kompas TV genbest siap nikah

Menghadapi Tantangan Seks Bebas di Kalangan Remaja Lewat 5 Tips Berikut

Kompas.tv - 13 November 2023, 11:50 WIB
menghadapi-tantangan-seks-bebas-di-kalangan-remaja-lewat-5-tips-berikut
Pesatnya perkembangan teknologi membuat arus informasi mempengaruhi  tindakan dan perilaku remaja yang memungkinkan membuatnya terpengaruh pergaulan bebas hingga melakukan seks.  (Sumber: Dok. Shutterstock)
Penulis : Adv Team

KOMPAS.TV – Beberapa waktu terakhir, seks bebas di kalangan remaja sedang ramai menjadi perbincangan di media massa maupun media sosial.

Pesatnya perkembangan teknologi membuat arus informasi mempengaruhi tindakan dan perilaku remaja yang memungkinkan membuatnya terpengaruh pergaulan bebas hingga melakukan seks. 

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pernah menyoroti adanya pergeseran usia remaja dalam melakukan hubungan seks untuk pertama kalinya. Berdasarkan survei tahun 2008, 60 persen remaja pertama kali melakukan hubungan seksual pada usia 21 tahun. 

Namun, survei tahun 2023 menyatakan, 60 persen remaja mengaku melakukan hubungan seksual pertama kalinya pada usia 16–17 tahun.

Data kajian BKKBN tersebut tentu saja membuat para orang tua khawatir. Pasalnya, seks bebas pada remaja mempunyai banyak dampak negatif yang perlu diwaspadai. 

Dampak Seks Bebas di Kalangan Remaja

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, berhubungan seks di bawah usia 20 tahun sangat berisiko, terutama tanpa alat kontrasepsi serta perilaku bergonta-ganti pasangan.

Oleh sebab itu, Perilaku seks bebas pada remaja perlu mendapatkan perhatian ekstra dari para orang tua mengingat banyaknya konsekuensi serta dampak negatif yang bisa terjadi. 

Pertama, dampak terkait kesehatan organ reproduksi, termasuk risiko penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS, serta potensi tindakan aborsi.

Di sisi lain, kehamilan pada remaja juga dapat berdampak negatif pada kesehatan bayi, seperti risiko stunting, kelahiran prematur, dan keguguran.

Kurangnya pemahaman remaja tentang kehamilan dan gizi bayi mengakibatkan kebutuhan gizi anak dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) mungkin tidak terpenuhi.

Selain dampak kesehatan, seks bebas yang mengakibatkan Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Berdasarkan data BKKBN, 17 dari 100 kehamilan di Indonesia terjadi rata-rata tak diinginkan secara menyeluruh. 

Salah satu dampak KTD adalah meningkatnya jumlah dispensasi pernikahan di kalangan remaja. Secara umum, latar belakang utama remaja menikah dini karena sudah melakukan seks pranikah. 

Pada tahun 2022, BKKBN mencatat bahwa sekitar 52 ribu remaja di bawah usia 19 tahun mengajukan dispensasi pernikahan. Sayangnya, angka ini meningkat enam kali lipat sejak tahun 2016.

Padahal, angka pernikahan dini terutama pada anak menyebabkan masalah sosial lainnya. Selain anak yang akan lahir berisiko stunting, dapat terjadi peningkatan angka kematian ibu dan bayi, angka putus sekolah, angka pekerja anak yang rentan diberi upah rendah sehingga turut meningkatkan angka kemiskinan, serta dampak lainnya.

Seks bebas memiliki dampak yang begitu serius dan bahkan dapat menghancurkan masa depan anak. Karena itu, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya pencegahan perilaku seks bebas pada remaja.

Berikut ini adalah lima upaya pencegahan seks bebas pada remaja yang bisa dilakukan orang tua pada anak sejak dini. Anda dapat menerapkan lima langkah penting ini untuk mencegah seks bebas di kalangan remaja. 

 

Langkah Mencegah Seks Bebas Remaja

Dalam upaya mencegah perilaku seks bebas pada remaja, berikut adalah lima tips penting yang dapat dilakukan oleh orang tua:

  • Perkuat komunikasi dengan anak

Ayah dan Bunda perlu membentuk pola pengasuhan yang membangun hubungan dekat dengan anak. Pastikan buah hati Anda selalu berada di lingkungan yang aman dan nyaman untuk berkomunikasi. Jadilah contoh yang baik dengan menunjukkan perilaku positif dan bermoral serta senantiasa mengajarkan nilai-nilai agama.

Usahakan untuk mengetahui dengan siapa anak bergaul, tempat anak menghabiskan waktu, dan apa yang dilakukan anak.

Anak akan lebih terbuka bila orang tua memahami lingkungannya. Dengan begitu, orang tua akan cenderung lebih peka terhadap situasi berbahaya, seperti mencegah perilaku seks bebas yang mungkin dihadapi anak.
 

  • Berikan anak edukasi tentang seks dan kesehatan reproduksi

Pendidikan tentang seks dan kesehatan reproduksi dapat dimulai sedini mungkin, bahkan sejak usia balita. Orang tua dapat memulainya dengan mengenalkan tiap anggota reproduksi sesuai namanya. 

Pada remaja, Anda bisa mengedukasi terkait dampak perilaku seks bebas.Pastikan anak sepenuhnya memahami dampak dan konsekuensi seks bebas, seperti KTD dan aborsi jika seks bebas mengakibatkan kehamilan, hingga potensi terjangkit PMS dan HIV/ AIDS.

 

  • Membangun sinergi pengasuhan

Tidak hanya peran orang tua, pencegahan seks bebas di kalangan remaja memerlukan kerja sama berbagai pihak, termasuk lingkungan sosial. Orang tua perlu memahami aspek psikologis remaja dan memiliki persepsi yang serupa dalam pola pengasuhan.

Selain itu, orang tua perlu menjalin koordinasi dan komunikasi dengan sekolah dan lingkungan sosial untuk memantau serta mengawasi pergaulan anak.
 

  • Arahkan anak mencari layanan pendukung

Selain mengedukasi dampak seks bebas secara langsung pada anak, orang tua hendaknya memberi informasi mengenai lembaga perlindungan seks bebas. Sekolah mungkin memiliki program konseling untuk siswa, tetapi orang tua perlu memfasilitasi layanan konseling lebih lanjut bila anak membutuhkannya.

Ada pula program seperti Generasi Berencana (Genre) dari BKKBN yang ditujukan untuk remaja. Arahkan anak untuk mencari layanan ini agar mereka semakin memahami tentang risiko seks bebas.

 

  • Menyeleksi tontonan dan bacaan anak

Pada era digital, orang tua harus secara waspada melakukan penggunaan gadget terutama media sosial serta arus informasi pada anak. Penting bagi orang tua untuk melakukan seleksi konten yang dikonsumsi anak. 

Pastikan anak terhindar dari konten yang tidak sesuai usianya, terutama yang berhubungan dengan seksualitas. Libatkan anak dalam melakukan aktivitas edukatif atau pembelajaran fun learning.

Dalam mengatasi pergaulan bebas pada anak, orang tua harus mempererat komunikasi yang efektif, mengedukasi anak, mengenali teman dan lingkungan anak, membangun sinergi pengasuhan, serta mengawasi tontonan dan bacaan anak. 

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, orang tua dapat berperan aktif dalam mencegah perilaku seks bebas pada anak dan membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan tersebut. 

 

Sumber:




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x