Naya juga mengakui, lukisannya dipengaruhi oleh beberapa seniman besar dunia.
Ada David Hockney, pelukis Amerika Serikat, dan Guin Tio, spesialis landscape dari Spanyol, serta seniman New York, Ben Evans, yang ia sebut "permainannya tak terlalu landscape, tetapi secara warna, banyak main antara bayangan dan cahaya."
"Sebenarnya dari saya sendiri fokus ke gaya pop minimalis, dari segi warna dan bentuk. Jadi di sini saya lebih fokus memvisualisasikan nuansa penggabungan alam dan ruang, yang mungkin banyak ruang kosong," kata Naya.
Minimnya objek dalam sentuhan, dimaksudkan agar penikmat bisa melihat diri sendiri di dalam lukisan.
"Dibanding kalau ada objek di dalam lukisan, dia nggak bisa menempatkan diri sendiri dalam lukisan," kata Naya, disusul penyataan "ingin menampilkan nuansa tenang."
Baca Juga: Ketika Foto Bicara Derita Perang di Dunia: dari Vietnam, Suriah, Palestina, hingga Ukraina
Lukisan yang 'Menampar'
Apa yang Naya katakan ihwal penikmat dapat merasuk ke dalam lukisan, saya alami sepenuhnya. Sembilan lukisan Naya 'menampar' kepala, membuat saya sadar bahwa baru saja terjadi peristiwa kontras dalam hidup.
Sebagai kaum menengah ke bawah dengan isi saku pas-pasan, ini kali kedua saya meliput di hotel bintang lima.
Hanya saja, baru sekarang, sebagai wartawan, saya mendapat pelayanan begitu mewah, dengan sambutan begitu sopan dari para karyawan. Artotel Suites Bianti dengan kategori luxury lifestyle hotel menawarkan kesan eksklusif.
Begitu masuk ke lobi, mata saya disambut arsitektur bernuansa seni, sementara telinga disuguhi alunan piano live yang datang dari jemari lentik bapak-bapak bertopi pet di kepala. Masih banyak layanan lain kelas wahid lainnya.
Bayangan akan lukisan Naya, ketika saya meninggalkan hotel selepas wawancara, menampar kian keras.
Saya kembali ke eksistensi diri, melanjutkan kehidupan sehari-hari, jauh dari kesan mewah, di indekos berukuran 3x3 meter dengan genting yang kadang bocor ketika datang hujan lebat.
Lukisan Naya menyadarkan, "Saya hanya orang biasa, yang mencicipi kesempatan sejenak menjadi kaum elite."
Rumah bagi Para Seniman
Terlepas dari segala eksklusivitas yang ditawarkan, Artotel Suites Bianti sebagai hotel berkonsep art memang membawa misi memajukan dunia seni Indonesia.
"Kami ingin berkontribusi mendukung para seniman dan memajukan industri seni Indonesia, khususnya di Yogyakarta, agar Artotel Suites Bianti dapat menjadi rumah, bagi para seniman dan para seniman kontemporer," ujar Imant Setiawan, General Manager hotel itu, via siaran pers.
Untuk bisa menampilkan karya seni di Artotel, Mariam kemudian menjelaskan prosedurnya.
"Mereka (seniman-red) akan mengirimkan profil, portofolio karya, dan sebagainya, kepada kami, saya, atau ke Art Director Artotel Group," terangnya.
"Setelah profil diterima, nanti kami kurasi, dan bagi seniman terpilih, karya akan dipamerken, seperti mbak Naya ini," terang Marcom Manager hotel itu.
Baca Juga: Cerita Foto dari Azovstal: Kehidupan Serdadu Ukraina yang Terjebak di Benteng Terakhir Mariupol
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.