Dengan tidak memaafkan, kita akan lebih fokus pada pelaku daripada menghadapi apa yang sudah terjadi. Kita akan terjebak dan selalu merasa menjadi korban dibandingkan fokus untuk terus maju.
Dalam proses memaafkan, kita tentu akan merasa skeptis; bertanya-tanya apakah kita benar-benar bisa memaafkan. Jika pun kata memaafkan sudah terucap, belum tentu kita ikhlas.
Namun perlu diingat bahwa tidak memaafkan berarti terus mengulang ingatan akan pengalaman pahit. Kita terjebak pada emosi yang tertunda, sementara mungkin pelaku yang berbuat kesalahan sudah berdamai dengan rasa bersalahnya.
Oleh karena itu, untuk memaafkan orang lain, kita tak hanya membutuhkan niat tetapi juga metode yang tepat dalam mengatur perasaan.
Baca Juga: Adakah Penjelasan Ilmiah Soal Zodiak? Simak Penjelasan Ini
Dalam menghadapi keterikatan pada peristiwa masa lalu, kita memerlukan metode yang tepat. Dr. Frederic Luskin, salah satu pendiri Stanford Medicine, mengatakan langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengulas kembali masalah .
Membuka luka lama dengan mengingat kembali pada berbagai peristiwa, bertujuan untuk menghilangkan bahaya, tetapi melatih pikiran kita agar tidak terikat pada kejadian itu.
Robert Enright, psikolog asal University of Wisconsin, bersama rekan-rekannya, membagi cara memaafkan ke dalam empat bagian.
Selain itu, simak kisah lengkapnya dari audio drama siniar Semua Bisa Cantik bertajuk “Cukupkah dengan Niat Memaafkan? Pt. 2” di Spotify. Jangan lupa untuk dengarkan episode menarik lainnya!
Penulis: Nika Halida Hashina & Ristiana D. Putri
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.