Bagaimanapun juga, Dendy tetap konsisten dengan apa yang ia usahakan.
“Akhirnya kita bikin sendiri. Ketika sudah agak besar, udah ada di permukaan, mereka akhirnya ngeliat dan mulai cair sama kita,” jelasnya.
Dendy mengaku tidak pernah sakit hati atas sikap industri besar yang pernah memandangnya sebelah mata.
Malah, Dendy tidak menyalahkan mereka karena memang bisnis yang ditekuni Dendy dan tim belum memiliki nama besar pada saat itu.
Menurutnya, itu adalah hal yang wajar sehingga mereka tidak membantunya dari awal.
Meskipun tidak dibantu oleh perusahaan besar, Dendy mencoba mandiri dan belajar dari sistem kerja industri untuk kepentingan bisnisnya.
Dimulai dari mengurutkan apa yang industri lakukan untuk memproduksi baju hingga belajar bagaimana cara membuat baju dengan segala keterbatasan yang ada.
Sistem kerjanya, tentu tak seperti industri besar yang memiliki mesin dan pegawai yang memadai.
Baca Juga: Dolce & Gabbana Umumkan Tak akan Gunakan Bulu Hewan dalam Koleksinya Lagi
“Dulu gue awal-awal bikin t-shirt satu. Kalau salah? Gue cuci lagi,” ungkap Dendy.
Ia juga menambahkan bahwa terkadang ia mencoba untuk membuat lebih dari satu variasi warna kaus, tetapi tidak dilanjutkan lagi.
Kini, kaus produksinya hanya berfokus pada satu warna supaya desain dan pesan yang ditimbulkan dapat tersampaikan secara efektif dan efisien.
Sekarang, brand distro yang ia miliki tidak hanya mencapai kancah nasional, tetapi juga internasional. Bahkan, akun Instagram 'unkl347' telah mencapai 217 ribu pengikut.
Potongan kisah di atas diceritakan oleh Dendy melalui siniar Beginu bertajuk “Dendy Darman, Hidup Penuh Rencana adalah Hidup Orang-orang Tua”. Untuk mengetahui kisah inspiratif Dendy lebih lengkap, dengarkan siniar Beginu di Spotify atau akses melalui tautan berikut https://dik.si/BeginuS3E1.
(Fauzi Ramadhan dan Brigitta Bellion)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.