LONDON, KOMPAS.TV - Sejumlah musisi di Inggris mengkhawatirkan masa depan musik negaranya, imbas dari pandemi Covid-19.
Salah satu musisi Inggris, Anna Mae Kelly yang mengaku hanya bisa menaruh impiannya di hadapan layar komputer mengikuti kenormalan baru yang juga dirasakan banyak pihak belakangan ini.
Meski khawatir, musisi muda berusia 17 tahun tersebut tetap berkarya dengan menulis 30 demo lagu dan sempat merilis 4 lagu anyarnya.
“Saya telah menulis lebih banyak daripada yang biasanya saya lakukan pada tahun lalu. Saya pikir saya telah meningkatkan cara saya menulis serta belajar bagaimana menghasilkan musik saya sendiri," ujar Anna kepada BBC, dikutip dari Kompas.com, Senin (1/3/2021).
Akibat pandemi yang masih berlangsung, Anna tak bisa melakukan konser musiknya dan mengaku tetap optimis dengan menggelar pertunjukan secara online.
Baca Juga: Kembali Dapat Penghargaan, BTS Raih Song of The Year di Korean Music Awards 2021
Dampak dari Brexit
Berbeda dengan Anna dengan optimismenya, pekerja musik veteran justru didera pesimisme jauh sebelum pandemi Covid-19 dimulai, yakni sejak Inggris keluar dari Blok Uni Eropa (UE) atau disebut Brexit.
Sejak Inggris keluar dari UE, warga Inggris tak lagi bisa menetap dan bekerja dimanapun dalam wilayah anggota blok tersebut sehingga harus mematuhi aturan di 27 negara UE dengan menegosiasikan visa untuk artis beserta izin-izinnya.
Dampak dari Brexit ini disebut benar-benar menghabisi sektor industri musik Inggris lebih parah ketimbang pandemi virus corona.
Sejumlah pihak menyebutkan bahwa biaya dan birokrasi dapat membuat artis Inggris tak memungkinkan untuk tampil di sana sehingga membahayakan negara pusat kesenian dunia tersebut.
Baca Juga: Coldplay Puji BTS Saat Bawakan Lagu Fix You di MTV Unplugged
Dalam surat terbuka yang disampaikan oleh lebih dari 100 musisi Inggris, mereka mengatakan bahwa aturan imigrasi pasca Brexit akan mengharuskan musisi menghabiskan ratusan poundsterling, mengisi sejumlah formulir dan menghabiskan banyak waktu untuk persetujuan, baru bisa melakukan pekerjaannya.
Surat tersebut berisi tuntutan untuk mendesak Perdana Menteri Boris Johnson untuk menegosiasikan persyaratan baru dengan UE.
"Tidak bertindak sekarang bisa menimbulkan bahaya lebih lanjut dan akan menghancurkan tenaga kerja kreatif Inggris, industri kami dan posisi kami di panggung budaya internasional," kata surat itu mengutip AP.
Surat terbuka yang serupa juga muncul kembali pada Januari 2021 oleh lebih dari 100 musisi, termasuk Ed Sheeran dan Sting.
Baca Juga: Pemimpin Dunia Kutuk Tewasnya 18 Demonstran saat Unjuk Rasa Tolak Kudeta Myanmar
Ancaman kerugian
Selain musisi, aktor Inggris papan atas seperti Ian Mc Kellen, Patrick Stewart dan Julie Walters juga memberikan peringatan kepada Boris Johnson dengan mendesak pemerintah agar artis Inggris bisa mengunjungi UE tanpa visa.
Hal ini menyusul kekhawatiran di sektor budaya Inggris yang sedang menghadapi kerusakan yang tak bisa diperbaiki.
Menurut laporan dari AP, perwakilan musisi Inggris mengatakan bahwa 111 miliar pondsterlng atau sekitar Rp 2,1 kuadriun dari sektor kreatif Inggris didapat tiap tahunnya.
Namun, angka tersebut bisa terancam jika masalah tersebut tak segera diatasi.
Kepala Eksekutif Incorporated Society of Musicians (ISM), Deborah Annetts mengatakan kekhawatirannya terhadap krisis di sektor musik Inggris.
“Kami akan kehilangan bagian yang sangat penting dari ekonomi kami kecuali pemerintah dapat mengatur perjanjian pembebasan visa,” katanya kepada Komite Budaya, Media dan Olahraga Parlemen.
Sementara itu, pemerintah Inggris menyatakan kesepakatannya dengan UE tidak bisa dinegosiasikan ulang. Namun, Boris Johnson berjanji akan mengupayakan kesepakatan bilateral untuk artis tur dengan anggota UE individu.
Baca Juga: Hong Kong Mendakwa 47 Aktivis, Pencapaian Terbesar dari Undang-Undang Subversi yang Kontroversial
Dampak jangka panjang
Survei yang dilakukan oleh ISM selama empat tahun terakhir memperlihatkan dampak Brexit kepada pekerja musik Inggris dari tahun ke tahun.
Pada 2016, terdapat 19 persen pekerja industri musik yang terdampak kebijakan Brexit. Kemudian pada 2020, sebanyak 50,4 persen merasakan dampak Brexti.
Dimana, sebanyak 71 persen responden merasa kesulitan mendapat kepastian janji kontrak jangka panjang, 61 persen merasa kesulitan mengamankan pekerjaannya, dan 52 persen bermasalah pada ketidakpastian kondisi pembayaran, khususnya terkait pemotongan pajak dan jaminan sosial.
Parahnya, 12 persen seniman mengalami pembatalan kerja dan tawaran kerja di negara-negara UE.
Survei tersebut diikuti oleh 629 responden yang berasal dari tenaga kerja musik, termasuk pemain, komposer, sutradara, manajer artis, guru dan teknisi musik dari berbagai genre.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.