JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan, kehadiran Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah tetap diperlukan.
Meskipun sejumlah pihak menilai apa yang dilakukan BI hanya membuang-buang cadangan devisa, karena melakukan intervensi melawan pasar.
Menurut Arsjad, intervensi yang dilakukan BI adalah sinyal untuk menegaskan peran bank sentral kepada pasar.
“Apa yang dilakukan BI itu memang tetap harus dilakukan, tapi tinggal jumlahnya berapa. Cadangan devisa kita itu kan ada 6 kali dari ekspor,” kata Arsjad saat diwawancarai Pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosiana Silalahi, dalam program Rosi, Kamis malam (27/6/2024).
“Intervensi BI itu signaling kepada pasar. Mereka seperti mengatakan “We are here, we are ready”,” imbuhnya.
Baca Juga: Ketum Kadin soal Pelemahan Rupiah: Ekonomi Makro RI Baik-Baik saja, tapi Semua Cinta Dolar
Saat disinggung tentang bank sentral Jepang atau Bank of Japan yang tidak melakukan intervensi padahal nilai yen anjlok lebih dalam dibanding rupiah terhadap dolar, Arsjad menilai hal itu karena Jepang adalah negara maju.
“Itu bedanya, mereka G7 kita masih G20, kita masih developing country. Kalau negara G7 orang sudah menganggapnya “Wah raksasa semuanya ada”. Tapi kalau kita sangat sensitive. Jadi signaling itu diperlukan,” jelasnya.
Apalagi, lanjutnya, Indonesia baru saja melaksanakan pemilihan umum (Pemilu) dan sudah ada presiden-wakil presiden terpilih. Sehingga fokus pasar terhadap Indonesia kini bertambah 2-3 kali lipat.
Baca Juga: Pusat Data Nasional Belanjakan Anggaran Rp700 M Sepanjang 2024, tapi Kini Terkena Serangan Siber
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.