JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid menilai, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini terhadap dolar Amerika lebih disebabkan faktor eksternal.
Yaitu karena sentiment pasar terhadap sikap Bank Sentral AS atau The Fed yang memberi sinyal akan menahan bunga acuan tinggi lebih lama.
Hal itu membuat investor lebih tertarik memarkir uangnya dalam bentuk dolar AS.
“Secara risk dunia ini, Indonesia ini lebih tinggi dari Amerika Serikat. Karena everybody love dollar, merasa comfortable,” kata Arsjad saat diwawancarai Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosiana Silalahi, dalam program Rosi, Kamis (27/6/2024).
Menurut Presiden Direkrut Indika Energy itu, kondisi makro ekonomi Indonesia saat ini sedang baik.
Meski begitu, pelemahan rupiah tetap harus diwaspadai. Apalagi bagi dunia usaha yang tidak boleh lengah dengan kondisi dunia global saat ini, yang bisa mempengaruhi keberlangsungan usahanya.
“Ini tetap harus diwaspadai, dalam bisnis juga harus tetap agile. Karena secara geopolitik tidak bai-baik saja. Secara makro ekonomi, Indonesia baik-baik saja,” ujarnya.
Baca Juga: Pusat Data Nasional Belanjakan Anggaran Rp700 M Sepanjang 2024, tapi Kini Terkena Serangan Siber
Ia mencontohkan harga energi yang naik saat terjadi perang di Timur Tengah.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.