JAKARTA, KOMPAS.TV- Anggota Komisi IX DPR RI Misbakhun berharap Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024 benar-benar memiliki desain baru yang inovatif. Ia menilai, desain APBN selama kurun waktu 20 tahun terakhir selalu menyampaikan jawaban klasik atas tantangan dan dinamika yang terjadi selama ini.
Adapun RAPBN 2024 akan disampaikan Presiden Joko Widodo dalam sidang bersama DPR dan DPD RI pada Rabu (16/8/2023) siang.
“Apakah kita menemukan terobosan baru? Apakah kita menemukan inovasi baru? Apakah kita menemukan desain besar yang baru?” kata Misbakhun seperti dikutip dari laman dpr.go.id.
Menurut Politisi dari Fraksi Golkar itu, APBN yang disusun selama ini hanya berkutat pada konsolidasi fiskal, kesinambungan fiskal, antisipasi ketidakpastian global, APBN sebagai sebagai shock absorber, antisipatif konsolidatif dan sebagainya.
Baca Juga: Terakhir Naik Gaji 2019, Segini Gaji Pokok dan Tunjangan PNS Saat Ini
Ia menyebut semua itu hanya kalimat-kalimat klise yang tidak menjawab tantangan zaman.
“Permasalahannya berubah, tantangannya berubah, (tapi) orangnya sama, metodologi yang digunakan sama, ini yang terjadi, kalau kita bicara soal desain APBN,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia berharap RAPBN 2024 yang menjadi nota keuangan terakhir Presiden Joko Widodo di ujung pemerintahannya, diharapkan dapat benar-benar menyuguhkan desain baru yang inovatif, kreatif dan benar-benar memiliki perubahan besar.
Untuk memenuhi harapan masyarakat atas RAPBN 2024 tersebut, Misbakhun juga menegaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan pemerintah.
“Pertama pemerintah harus mulai membicarakan, seberapa kuat penerimaan pajak kita. Tax ratio kita dan ada satu yang sangat saya tekankan, yaitu soal cukai minuman pemanis dan cukai kemasan plastik, yang menurut kesepakatan dengan DPR harusnya sudah diberlakukan oleh pemerintah. Namun sampai saat ini belum, karena ini berdampak pada kesehatan,” tuturnya.
Baca Juga: Jokowi akan Sampaikan RAPBN Terakhirnya Hari Ini, Berikut Bocoran dari Sri Mulyani
Ia menyampaikan, pengenaan cukai baru untuk cukai minuman pemanis dan cukai plastik kemasan itu, dapat menekan dampak yang ditimbulkan seperti menggunungnya sampah plastik yang sudah semakin serius mengganggu lingkungan. Serta kasus obesitas pada balita yang dinilai sebagai fenomena baru di masyarakat.
Selain itu, dengan pengenaan cukai baru, juga dapat mendongkrak rasio penerimaan pajak negara.
“Kalau rasio pajaknya naik, ini harapan kita ada kemandirian. Kedaulatan kita dalam menyusun ekonomi ini bisa benar-benar kita terapkan,” tuturnya.
Dengan bertambahnya penerimaan negara, maka ketergantungan utang bisa semakin dikurangi.
“Utang yang semakin kecil menunjukkan kemandirian sebuah bangsa, karena APBN ditopang oleh rakyatnya sendiri dari sistem pembayaran pajak. Ini menurut saya salah satu hal penting,” paparnya.
Baca Juga: Jokowi Klaim Gelontorkan Dana Desa Rp539 T: untuk Pembangunan dari Desa Pinggiran dan Daerah Terluar
Hal lainnya berkaitan dengan perlindungan sosial, seperti Program Bantuan Sosial (Bansos). Misbakhun berharap bansos tidak lagi menjadi bantalan yang hanya membuat rakyat menjadi terlena, malas bekerja dan menjadi tidak kreatif.
“Bantuan sosial itu tidak boleh kemudian rakyat menjadi sangat tergantung kepada negara, kehilangan kreativitasnya, kemudian kehilangan kemampuan untuk menghidupi dirinya sendiri, keluar dari kemiskinan,” tegasnya.
Seharusnya, lanjutnya, inovasi APBN terkait bansos yaitu tetap sebagai subsidi tetapi harus tepat sasaran.
“Bagaimana kita mempunyai data yang menerima bansos itu tepat sasaran. Jangan sampai bansos itu hanya kepada keluarganya lurah, keluarganya RT yang mendata dan sebagainya,” pungkasnya.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.