JAKARTA, KOMPAS.TV- BUMN PT Waskita Karya Tbk., kembali menjadi sorotan, lantaran tidak bisa membayar utang obligasi yang jatuh tempo pada 6 Agustus 2023, senilai Rp 135,5 miliar. Jumlah itu belum termasuk bunga tetap 10,75 persen per tahun.
Sementara total utang Waskita adalah sebesar Rp84,31 triliun sampai dengan Juni 2023. Nama Waskita juga pernah disebut Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo melakukan praktik memoles laporan keuangannya. Hal itu disampaikan Wamen Kartika usai rapat dengan DPR pada Selasa (6/6/2023) lalu.
Tiko, sapaan akrabnya, menyebut Waskita dan PT Wijaya Karya Tbk. memoles laporan arus kasnya menjadi dalam kondisi lancar. Padahal keduanya sedang kesulitan keuangan dan punya banyak utang.
"Seperti Waskita, seperti Wika ini memang pelaporan keuangannya ini tidak sesuai dengan kondisi riilnya, artinya dilaporkan seolah-olah untung bertahun-tahun padahal cashflow-nya tidak pernah positif sebenernya," ungkapnya kepada wartawan.
Baca Juga: Erick Thohir Sebut Akses Jalan Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Karawang Telat 6 Bulan
Kementerian BUMN pun saat ini sudah meminta Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk menyelidiki laporan keuangan keduanya.
"Kita mulai lakukan ini, saya sudah lapor ke BPKP, apabila ada fraud (kebohongan) dari sisi pelaporan keuangan kita bisa lakukan tindakan tegas dengan kerangka governance yang ada," tuturnya.
Mengutip dari laman resmi Waskita, Selasa (8/8), perusahaan itu didirikan pada tanggal 1 Januari 1961. Berasal dari sebuah perusahaan Belanda bernama "Volker Aannemings Maatschappij N.V.", yang diambil alih berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 62/1961, Waskita Karya pada awalnya berpartisipasi dalam pekerjaan proyek terkait air termasuk reklamasi, pengerukan, pelabuhan, dan irigasi.
Sejak 1973, status hukum Waskita Karya berubah menjadi "Persero" PT Waskita Karya dengan panggilan yang lebih akrab "Waskita". Sejak saat itu, perusahaan mulai mengembangkan bisnisnya sebagai kontraktor umum yang terlibat dalam berbagai kegiatan konstruksi yang lebih luas termasuk jalan raya, jembatan, bandara, pabrik pengolah limbah, pabrik semen, dan fasilitas industri lainnya.
Baca Juga: BRI Ingatkan Nasabah Segera Validasi NIK Jadi NPWP, kalau Tidak Bisa Kena Kenaikan Tarif PPh
Pada tahun 1980, Waskita mulai mengerjakan berbagai proyek yang menggunakan teknologi maju. Pengalihan teknologi dilakukan melalui aliansi bisnis berupa joint operation dan joint venture dengan perusahaan asing terkemuka.
Prestasi signifikan Waskita saat adalah Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Kemudian Waskita juga membangun BNI City (gedung tertinggi di Indonesia), Gedung Kantor Bank Indonesia, Menara Graha Niaga, Menara Mandiri Plaza, Hotel Shangri- La dan beberapa apartemen bertingkat.
Waskita juga membangun jembatan beton bertulang panjang dengan menggunakan sistem balanced cantilever dan berhasil menyelesaikan tiga jembatan cantilever yaitu jembatan Rajamandala, Jembatan Rantau Berangin, dan Jembatan Barelang IV. Serta jalan layang Pasteur - Cikapayang - Surapati di Bandung, Jawa Barat.
Waskita juga membangun berbagai bendungan utama seperti Pondok, Grokgak, Tilong, Gapit, dan Sumi.
Baca Juga: Dirut Waskita Karya Jadi Tersangka, Erick Thohir: Saya Tak Kasih Hati Nurani ke Tikus-Tikus Korupsi
Inilah daftar sejumlah proyek besar yang digarap Waskita:
Jalan Tol
Gedung
Baca Juga: Layanan SIM Keliling Jakarta Dalam Perbaikan, Perpanjangan SIM Bisa Diurus Online, Ini Caranya
Bendungan
Jalan dan Jembatan
Kereta
Bandara
Pembangkit listrik
Kereta
Pelabuhan
Pelabuhan Patimban (Joint venture BUMN dengan Jepang)
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.